Meriahkan Hari Nusantara 2019, TNI Angkatan Laut Tampilkan Atraksi Terjun Payung di Pantai Gandoriah

Penerjun Payung Angkatan Laut, Tampilkan Aksinya di Langit Pantai Gandoriah Pariaman Kamis 12 Desember 2019. Fhoto : Harsy Warsilah

PARIAMAN----Sebanyak 28 prajurit TNI AL hiasi langit Kota Pariaman dengan atraksi Terjun Payung dalam rangka Peringatan Hari Nusantara 2019 di Pantai Gandoriah Pariaman, Kamis (12/12/2019).

Atraksi Terjun Payung tersebut dilakukan ole prajurit TNI Angkatan Laut (TNI AL) yang berasal dari Batalyon Intai Amfibi I Marinir Jakarta, Batalyon Intai Amfibi II Marinir Surabaya serta Peterjun Payung dari Korps Wanita Angkatan Laut.

Beberapa prajurit Peterjun Payung ini membawa banner dan bendera yang telah berkibar, bendera Hari Nusantara yang dibawa oleh Serda Marinir Sutrisno, bendera Pemkot Pariaman oleh Kopda Marinir Arif Budiyono, bendera Pemprov Sumbar oleh Kopda Marinir Ari Wibowo.
Ribuan  warga Pariaman saksikan Atraksi Terjun Payung Oleh Angkatan Laut di Pantai Gandoriah Pariaman. Fhoto : Harsy Warsilah

Sedangkan bendera TNI AL oleh Serda Marinir Noor Ali,  bendera Mabes TNI oleh Kopda Marinir Dwi Suhardi, bendera Kementerian PUPR oleh Kopda Marinir Denis Nugraha.

Kemudian bendera Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi RI oleh Serda Marinir Eko Sur Setiyono

Sementara yang tertinggi adalah bendera kebanggaan Indonesia, sangsaka merah putih yang dibawa oleh Sertu Marinir Antasari.

Banner dan bendera ini dibawa oleh prajurit-prajurit andalan dari Batalyon Intai Amfibi Marinir.

Diantara peterjun-peterjun payung tersebut, salah satunya adalah berasal dari putra daerah asli Sumatera Barat yaitu Serka Marinir Hendra Syahputra.

Satu persatu peterjun mengembangkan parasutnya, berwarna-warni menghiasi langit Kota Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia.

Para penerrjun payung ini melayang-layang dengan formasi dan stage yang diatur sedemikian rupa sehingga peterjun akan mencapai landing zone dengan pattern yang sama dengan mendarat bergantian dengan aman/safety.

Terjun Payung merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki prajurit TNI AL sebagai salah satu media infiltrasi atau cara untuk menerobos masuk ke daerah lawan.

Biasanya terjun payung militer ini dilaksanakan dengan cara HAHO (High Altitude High Opening) atau HALO (High Atitude Low Opening).

Ketinggian yang digunakan adalah sekitar 12.000 feet tujuannya menghindari radar lawan dan menjaga kerahasiaan sehingga para prajurit dapat menyusup ke jantung pertahanan lawan tanpa bisa dideteksi lawan.

Seluruh peterjun payung kemudian  mengembangkan parasut di ketinggian paling rendah 3000 feet, dengan kecepatan jatuh mereka saat melayang adalah sekitar 300 Km/Jam.

Hal tersebut diperlukan kemampuan latihan dan mental yang tinggi untuk bisa melakukan atraksi terjun payung ini.


Harsyi Warsilah

Diberdayakan oleh Blogger.