Tradisi Arak Babako di Ranah Minang



Arak Bako adalah tradisi arak-arakan mempelai perempuan , dalam prosesi pernikahan di Minangkabau, khususnya masyarakat Solok. Tradisi ini diselenggarakan oleh pihak bako, yakni anggota kerabat perempuan dari keluarga ayah anak daro (yang oleh pihak bako disebut sebagai anak pisang). Dalam arak-arakan, pihak bako mengundang anggota kerabat terdekat lainnya dalam garis kekerabatan pihak bako. 

Arak Bako merupakan bentuk ungkapan kegembiraan pihak bako terhadap anak pisang yang akan menikah. Mereka memberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa anak pisang-nya akan menikah dengan cara membawa (maarak) anak daro dari rumah induak bako menuju rumah orang tua anak pisang sambil membawa barang-barang pemberian di atas kepala.

Tradisi ini mencerminkan sistem kehidupan egaliter yang secara turun temurun tetap dilestarikan oleh masyarakat di Minangkabau. Istilah Arak Bako dibentuk oleh dua kata, yaitu 'arak' dan 'bako'. 'Arak' merupakan jenis kata kerja yang berarti "arak-arakan". 

Kata ini dapat ditambahkan dengan imbuhan 'ma-' (menjadi maarak) yang artinya membawa dan imbuhan 'ba-' (menjadi bararak) yang artinya pawai atau parade. Adapun 'bako" merupakan jenis kata benda yang berarti kerabat dari pihak ayah. 

Anak daro yang sedang menjalankan prosesi pernikahan disebut oleh pihak bako sebagai anak pisang. Hubungan kekerabatan induak bako dan anak pisang adalah ikatan kekerabatan yang dibangun karena terjadinya hubungan pernikahan. 

Anak-anak dari hasil pernikahan seorang laki-Iaki dengan perempuan lain di luar sukunya akan dipandang sebagai anak pisang oleh saudara perempuan si laki-Iaki tersebut. Sementara itu, anak-anak dari saudara laki-Iakinya tersebut memandang saudara perempuan ayahnya sebagai induak bako. Keluarga besar dari si ayah akan dipandang sebagai bako oleh si anak tersebut.

Anggota kerabat perempuan dari keluarga ayah (bako) terlebih dahulu menjemput anak daro dari rumah orang tuanya . Di rumah induak bako, pihak bako mengenekan pakaian untuk arak-arakan kepada anak daro. Setelah itu, pihak bako melakukan perarakan anak daro sejak dari rumah induak bako menuju rumah anak daro. 

Orang-orang yang terlibat dalam tradisi Arak Bako adalah pihak bako dari anak daro. Pihak bako meliputi induak bako terdekat, yang agak jauh, bahkan bisa hanya sebatas hubungan tetangga terdekat dari rumah induak bako. 

lnduak bako terdekat yakni kakak atau adik kandung perempuan dari keluarga ayah anak daro, sedangkan yang agak jauh bisa berasal dari istri para kakak atau adik keluarga ayah anak daro. Semakin banyak orang yang diundang, maka semakin meriah pelaksanaan Arak Bako yang dilaksanakan, dan semakin terpandang status sosial pihak bako di tengah masyarakat. 

Perarakan dilakukan dengan cara berjalan kaki di pinggir jalan raya membentuk barisan panjang. Posisi paling depan ditempati oleh anak daro. Pada beberapa kasus, anak daro bisa disertai dengan marapulai tergantung pembahasan dengan keluarga marapulai. 

Posisi di belakang anak daro biasanya ditempati oleh Tuo Arak Bako, yakni perempuan yang dihormati di lingkungan bako anak daro. Pada posisi ketiga dan seterusnya ke belakang ditempati pihak keluarga bako anak daro. Semakin ke belakang posisi peserta Arak Bako dalam barisan menunjukkan semakin jauh hubungan kekerabatannya dengan pihak bako, apalagi dengan anak daro.

Rombongan Arak Bako datang ke rumah anak daro dengan membawa beberapa barang pemberian untuk anak daro. Induak bako membawa barang-barang yang diuntukkan langsung untuk anak daro. Sementara itu, anggota rombongan Arak Bako yang lain, yang jumlahnya bisa mencapai angka ratusan, membawa kado dan beras. 

Barang-barang tersebut dijunjung di atas kepala oleh peserta arak-arakan. Setelah sampai di rumah orang tua anak daro, semua barang bawaan diterima oleh salah seorang perempuan di halaman rumah anak daro. 

Setelah dilakukan proses serah terima, setiap anggota rombongan Arak Bako dijamu makan nasi oleh pihak keluarga anak daro di dalam rumah. Usai jamuan, para anggota rombongan Arak Bako meninggalkan lokasi sambil menyerahkan kembali anak daro kepada orang tuanya. 

Tradisi Arak Bako terdapat pada hampir semua daerah di Minangkabau. Tradisi ini merupakan bagian penting dari prosesi pernikahan di ranah Minang. Pelaksanaan tradisi Arak Bako masih sering dijumpai di ranah Minang, walaupun untuk kondisi sekarang sudah ada semacam kemudahan dalam pelaksanaannya. 

Pada waktu dulu, rombongan tradisi Arak Bako memang berjalan kaki dalam barisan satu banjar ke belakang menyusuri tepi jalan raya menuju rumah orang tua anak daro. Namun sekarang, anggota tradisi Arak Bako sudah naik mobil jika memang jarak rumah bako dengan rumah orang tua anak daro jauh, tetapi rombongan Arak Bako diturunkan kurang lebih setengah kilometer dari rumah anak daro. 

Pada jarak tersebut, rombongan Arak Bako tetap berjalan kaki menuju rumah orang tua anak daro. Tradisi Arak Bako dihadiri oleh banyak orang yang berasal dari lingkungan keluarga bako dari anak daro. Jumlah rombongan tradisi Arak Bako sangat banyak. Anggota rombongan Arak Bako bisa mencapai ratusan orang, bahkan bisa melibatkan seribu orang. 

Kostum yang dikenakan oleh para perempuan peserta rombongan tradisi Arak Bako adalah baju kurung basiba dan kain sarung bugis. Di atas kepala, mereka memakai sebuah selendang yang disebut juga dengan salodang. Kain salodang adalah sejenis kain selendang perempuan yang terbuat dari kain berbahan dasar kain panjang. 

Baju kurung basiba, kain sarung bugis, dan salodang merupakan kostum tradisional yang dipakai oleh para perempuan Minang yang sudah menikah. Pelaksanaan tradisi Arak Bako menandakan pentignya kedudukan bako dalam riwayat kekerabatan seorang anak di Minangkabau. 

Melalui pelaksanaan tradisi ini, pihak bako dari anak daro menunjukkan bahwa mereka turut bersyukur, dan senang serta bahagia atas pemikahan anak pisang mereka. Tradisi Arak Bako dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk "unjuk diri" pihak bako kepada keluarga anak pisang-nya yang sedang menjadi anak daro. Apabila bako tidak melaksanakan tradisi ini, maka keluarga bako dianggap tidak peduli kepada anak pisang-nya yang sedang menikah dan melaksanakan prosesi pernikahan.(**/)

Tidak ada komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Diberdayakan oleh Blogger.