Petualangan Serumpun: Menyusuri Jejak dari Dumai ke Singapura

0
Ketika berada di Kedubes Indonesia di Kuala Lumpur Malaysia


Catatan : DARWISMAN


Sebenarnya tulisan sudah lama sekali ditulis, namun baru kali ini bisa tayangkan. Semoga tulisan ini menginspirasi anda yang perjalan Malaysia dan Singapura.-----


Pagi itu langit Dumai tampak cerah, seakan ikut merestui perjalanan kami menyeberangi Selat Malaka. Suara mesin kapal cepat yang menggelegar menandai dimulainya petualangan lintas negara. 


Dari pelabuhan Dumai, kami bertolak menuju Pelabuhan Malaka, Malaysia, menempuh perjalanan laut yang singkat namun menggugah semangat. Ombak bersahabat, angin sejuk, dan semangat kami tak kalah bergelora dari gelombang.


Sesampainya di Malaka, nuansa sejarah dan budaya langsung menyapa. Kota tua yang dulu menjadi pusat perdagangan rempah itu masih memancarkan pesona klasiknya. 


Kami singgah di salah satu restoran lokal untuk menyantap makan siang, menikmati cita rasa khas Melayu yang menggugah selera. Setelah kenyang, kami beristirahat sejenak untuk menyegarkan badan yang lelah diterpa angin laut.


Perjalanan dilanjutkan ke Kuala Lumpur dengan bus. Dari jendela kendaraan, kami menyaksikan perubahan lanskap: dari hamparan sawah dan pedesaan yang damai menuju hiruk-pikuk kota metropolitan. 


Setibanya di Kuala Lumpur, kami menginap di Hotel Pudur Raya yang terletak strategis dan memudahkan akses ke berbagai destinasi kota.


Esok paginya, setelah sarapan di hotel, langkah kami membawa ke Pasar Seni Kuala Lumpur. Tempat ini adalah surga bagi pencinta seni dan kerajinan. Aneka cendera mata, lukisan, batik, dan barang antik berpadu dalam satu tempat yang hidup dan berwarna. Kami pun tak lupa membawa pulang beberapa buah tangan khas Malaysia.


Perjalanan berlanjut ke Menara Kembar Petronas, ikon negeri jiran yang megah menjulang ke langit. Berfoto di bawah menara yang gemerlap dan menakjubkan ini menjadi pengalaman tersendiri—seakan belum lengkap ke Malaysia jika belum menyaksikan simbol kebanggaan nasional mereka dari dekat.


Yang paling berkesan adalah ketika kami mendapat kesempatan istimewa bertemu dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia saat itu, Jenderal Rusdi Harjo. 


Suasana pertemuan berlangsung hangat dan penuh makna. Beliau menyampaikan pandangannya tentang hubungan erat kedua negara serumpun, serta pentingnya peran diaspora Indonesia di negeri orang.


Selesai jamuan makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke selatan Malaysia, menuju Johor Bahru. Malam itu kami bermalam di hotel yang nyaman, menikmati istirahat setelah seharian penuh kegiatan. Johor Bahru menjadi persinggahan terakhir sebelum menyeberang ke negeri Singa.


Keesokan harinya, kami menempuh perjalanan darat kembali menuju Kuala Lumpur. Meski rute yang kami ambil cukup panjang, namun panorama alam dan kenyamanan jalan tol membuat perjalanan tetap menyenangkan.


Setelah makan siang, tibalah kami di Singapura, kota yang modern dan tertib. Di sana kami langsung menuju Restoran Padang “Waroeng Nasi Pariaman”, tempat makan milik warga Singapura asal Pariaman. 


Suasana keakraban langsung terasa, seolah bertemu keluarga di negeri orang. Nasi rendang dan sambal ijo menjadi obat rindu akan kampung halaman.


Perut kenyang, hati senang, kami mulai menjelajah keindahan kota Singapura. Gedung pencakar langit, kebersihan yang luar biasa, serta keteraturan lalu lintas membuat kami takjub. Perjalanan dilanjutkan ke kawasan Marina Bay, di mana Patung Merlion—sang Singa Muntah Air—menjadi saksi ribuan pengunjung dari berbagai penjuru dunia.


Kami pun tak melewatkan kesempatan untuk berfoto di depan ikon wisata tersebut. Pemandangan sore hari di Marina Bay begitu memesona, dengan cahaya jingga matahari menyinari air yang tenang, menciptakan suasana syahdu yang sulit dilupakan.


Setelah puas mengelilingi Singapura seharian, malamnya kami bersiap menyeberang ke Batam menggunakan kapal. Perjalanan melintasi perairan sekali lagi menutup rangkaian petualangan luar negeri kami dengan tenang dan penuh syukur.


Petualangan ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan pengalaman batin yang memperkaya jiwa. Menyusuri negeri tetangga, bertemu saudara sebangsa di perantauan, serta menikmati budaya dan kuliner serumpun, semua menjadi kenangan yang akan terus hidup dalam ingatan. (**/)

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top