Attitude Dalam Merebut Kekuasaan

 

Penulis: Sesmi Permatasari,S.Pd/Ketua Fatayat NU Padang Pariaman


BILA kita perhatikan masing-masing Pemuda Milinial terlihat optimisnya, Bakal merebut simpati generasi Milinial. Tanpa kita pernah tau apa yang mendasari mereka untuk merebut kekuasaan sehingga begitu optimistis.

Saya sendiri khawatir, sebenarnya para perebut kekuasaan belum memiliki skema soal bagaimana mendekati generasi Milinial tersebut.

Umumnya manusia tidak suka dikritik dan sebalik. Jangan hanya beranggapan ketika dekat dengan sebuah Okp/Ormas dan Intansi lainnya, itu bukan berarti kita akan di support dalam memajukan kekuasaan itu. Jika tidak ada kualitas diri yang dapat kita perlihatkan terhadap publik.

Pada dasarnya Pemimpin yang etis punya impak positif bagi orang-orang yang dipimpinnya. Dengan mendorong perilaku dan tindakan berdasarkan nilai-nilai moral yang sama, pemimpin akan menjadi teladan dalam membentuk lingkungan kerja yang beretika serta membangun reputasi organisasi yang kuat.

Pemimpin yang beretika menghormati anggotanya, mendengarkan mereka, menghargai pendapat mereka, mengakui kontribusi setiap orang, dan memperlakukan bawahan sebagai partner penting pada proses pengambilan keputusan buat mencapai tujuan beserta melayani orang lain. 

Pemimpin etis tidak menggunakan bawahannya menjadi ‘tunggangan’ buat mewujudkan ambisi pribadinya. Pemimpin meletakkan kepentingan setiap anggota di atas kepentingannya, lalu berusaha menyelaraskannya dengan tujuan organisasi.

Dengan melihat kemajuan ini membuka ruang baru untuk berkiprah dan kita menyaksikan bahwa banyak orang berusaha maksimal meraih kekuasan melalui lembaga-lembaga baru. Supaya meraih kekuasaan banyak yang tidak beretika yang demi tujuan menghalakan segala cara.

Ketika kekuasaan itu di raih. Secara etis seharusnya sepenuhnya digunakan untuk mempercepat pencapaian tujuan,perkembangan  amanah yang di emban,meliputi kemajuan pesat disegala bidang, meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Bukan untuk menggagahkan diri,menggayakan stelan dengan seragam yang dimiliki. Sangat tidak beretika jika kekuasaan itu digunakan untuk kepentingan pribadi dan lain-lain.

Apapun pengertiannya kata politik yang lebih substansial saya berharap  itu semua adalah bagaimana proses politik berjalan dengan kaidah-kaidah berpolitik yang baik beretika, bermoral, dan jujur. 

Politik harus menginternalisasi nilai-nilai kebaikan seperti etika kekuasaan,moral kekuasaan,Agar kekuasaan bisa berjalan sesuai dengan kehendak publik. (***/)

Tidak ada komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Diberdayakan oleh Blogger.