Parade Baca Puisi Penyair Perempuan Merah Putih di Museum Benyamin Sueb Berlangsung dengan Semangat Kartini-Kartini Indonesia
-----------------------
lihat matanya telanjang menatap langit lepas
tengadahkan jarinya menjura ke atas
bermandikan matahari yang menyegat dengan ganas
meski bumi dan hutan jati bersijingkat
setia berpeluk dengan derasnya keringat
demikian garis telah tertulis
menerima nasib sebagai perempuan pemanis
terkungkung oleh aturan
feodal tak bisa disangkal
kehendak yang selalu tertolak
bersejati dengan diri yang mandiri
pikiran merdeka jiwa merdeka
tapi tradisi selalu menghalangi
wanita dijajah pria
dijadikan perhiasan sangkar emas
hanya sebatas "konco wingking"
setiap saat untuk terpelanting
hanya bisa merima nasib seperti ranting
kapan saja bisa patah melenting
tak ada aduh
hanya bisa patuh
tak demikian
tak harus ada yang berani melebur
agar wanita tak dijadikan sumur
tapi berderajat
yang setara dengan pria
hak yang sama
kodrat yang membeda
laju-laju melaju laju
mendobrak ketertindasan dengan mengasah kecerdasan
membaca menjadi jendela dunia
wanita tak lagi terperdaya
bergerak maju seiring sejalan
mencapai kesetaraan
kartini pemecah mimpi
pahlawan bagi kaumnya
sepanjang masa
Bekasi, 22-4.2025
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Penggalan dari sajak berjudul "Perempuan Pemecah Mimpi" karya Dyah Kencono Puspito Dewi di atas tadi telah dibacakannya dengan suara lantang, menghentak, dan membahana sesuai dengan suara perjuangan RA.Kartini dalam emansipasi dan pendidikan kaum perempuan di Indonesia.
Pada acara panggung perjuangan berupa parade baca puisi penyair perempuan merah putih di Museum Benyamin Sueb- depan Stasiun KA Jatinegara- Jakarta Timur, Jumat.sore (25/4/2025) yang berlangsung dengan semarak dan diwarnai semangat kartini Indonesia.
"Acara ini memang untuk merespon cita-cita RA.Kartini sebagai pelopor emansipasi perempuan Indonesia.Sebanyak 23 penyair perempuan merah putih yang telah eksis, punya karya berupa buku antologi puisi hadir juga untuk merespon cita-cita RA.Kartini tersebut baik saat baca puisi maupun tampilan musikalisasi puisi.Dari perempuan dan untuk perempuan," ujar Moctavianus Masheka , Ketua Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) memberikan kata sambutan ketika membuka acara sastra tersebut.
Sementara Encu, UP Museum Benyamin Sueb berterima kasih kepada TISI yang telah memprakarsai acara sastra ini dengan baik, sehingga diharapkan museum Benyamin Sueb dapat dipopulerkan kepada masyarakat luas.
"Apalagi telah hadir para penyair perempuan dengan penampilan Kartini-Kartini sejati , bahkan ada yang datang dari provinsi Jambi.Terima kasih kepada Bung Octa selaku Ketua TISI yang diharapkan acara ini dapat pula mendukung Kota Jakarta menuju Kota Global , sehingga perlu support dari para seniman .Sukses Kartini, sukses Jakarta ," katanya.
Pada kesempatan pembukaan acara panggung perjuangan penyair merah putih -yang juga diberikan kata sambutan singkat dari Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur diwakili Cininta Kirana Karima- Ketua JSM (Jagat Sastra Milenia) Riri Satria mengatakan bahwa event atau acara baca puisi terdiri dari tiga bagian.
"Event pertama puisi dibacakan dihadapan para penyair saja, sehingga masyarakat umum tidak mengerti.Kemudian baca puisi dihadapan langsung masyarakat, dan baca puisi dihadapan langsung para pejabat negara," ucapnya.
Dikatakannya lagi , menjadi suatu pertanyaan apakah puisi hanya dibacakan di depan penyair atau masyarakat sastra saja, dan tidak sampai.kepada khalayak ramai.
"Padahal karya puisi itu butuh juga perhatian dari negara atau pemerintah dan sponsor dari pihak swasta,sehingga bisa berdampak luas kepada masyarakat umum," kilahnya.
Riri Satria pada kesempatan itu juga mengingatkan bahwa seorang penyair ketika baca puisi -bukan sekedar membaca dengan teriakkan atau emosi-tetapi juga harus mengerti isi puisi yang dibacakan dan dapat mengerti apa maksud dari isi puisi ini.
"Kita harus paham dulu isi puisi yang akan dibacakan, baru setelah itu kita laksanakan," jelasnya.
Masih Dalam Rangkaian Hari Kartini
Masih dalam rangkaian peringatan Hari RA.Kartini, Taman Inspirasi Sastra Indinesia (TISI) didukung oleh Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur serta bekerjasama dengan Jagat Sastra Milenia (JSM).
Digelar panggung perjuangan penyair perempuan merah putih di Museum.Benyamin Sueb- seberang Stasiun KA Jatinegara- Jakarta Timur pada Jumat , 25 April 2025 mulai.pukul 15.30 WIB.
"TISI menggelar panggung perjuangan para penyair merah putih masih dalam rangka peringatan hari RA.Kartini yang didukung sepenuhnya oleh Bapak Berkah Shadaya selaku Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur serta bekerjasama dengan Jagat Sastra Milenia," jelasnya pada Kamis malam kemarin (24/4/2025).
Karya puisi yang ditulis dan dibacakan para penyair perempuan merah putih ini lebih terfokus pada tema sentral perjuangan emansipasi dan pendidikan kaum perempuan di Indonesia sesuai cita-cita RA.Kartini.
"Selain baca puisi juga diselingi dengan musikalisasi puisi ," ucap Bung Octa yang juga dikenal sebagai Penyair dan Sutradara FTV ini.
Ditambahkannya, Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) -dalam beberapa tahun terakhir ini- telah hadir dalam berbagai event nasional di dunia sastra Indonesia.
Semisal Satu Abad Chairil Anwar, Anugerah Sastra Sutardji Calzoum Bachri (2023) Anugerah Sastra Taufik Ismail (2024), dan tahun ini (2025) direncanakan akan memberikan Anugerah Sastra kepada Putu Wijaya.
Sejak tahun 2021 sampai tahun 2024 TISI telah terbitkan sebanyak 16 buku antologi puisi bersama.
Pada bulan Mei tahun 2025 TISI akan terbitkan kembali buku antologi puisi berjudul "Swara-Swara Anak Pulau " (ahli waris sah Republik Indonesia) yang menurut rencana akan diberikan kata pengantar oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon.
Selain itu TISI sebagai komunitas sastra mengadakan workshop menulis dan baca puisi untuk masyarakat umum.
Puluhan penyair perempuan Indonesia tampil di atas Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih- untuk baca puisi dalam rangka Hari Kartini 2025- di Museum.Benyamin Sueb , Jatinegara, Jakarta Timur.
Mereka yang akan tampil adalah Silvy, Devie Matahari, Dyah Kencono Puspito Dewi, Erna Winarsih Wiyono, Fanny Jonathan Poyk, Mita Kotoyo, Nunung Noor El Niel,, Nurhayati, Shantined, Rini Intama,Rissa Churria, Gerimis Saba, Anisa Dwi Wahyuningsih, Anggit Anker Cils, dan Tersajakkanlah dan Nuyang Jaimee.
Acara sastra sore hari di pelataran Museum Benyamin Sueb itu juga akan diselingi sejumlah pertanyaan dari panitia berupa kuis interaktif kepada para penonton yang berhadiah uang tunai dan sejumlah buku antologi puisi yang disumbangkan oleh para penyair perempuan.(****)
Kontributor : Lasman Simanjuntak
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih