TAJUK : Keracunan MBG, Dimana Ahli Gizi ?

0
Siswa SD menerima makanan bergizi gratis. Foto ini dikutip dari www.ruangbicara.co.id


KASUS  keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Kabupaten Lebong kembali membuka pertanyaan besar tentang keamanan dan pengawasan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

------------------


Sebanyak 283 siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG. Dari jumlah itu, 237 orang masih dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Lebong.


Dokter spesialis anak RSUD Lebong, Arya Wisnu Prayoga, menjelaskan bahwa sebagian besar siswa mengalami gejala muntah, pusing, dan diare. Kondisi ini membuat ruang perawatan penuh oleh pasien anak dalam waktu singkat.


"Saat ini ada 237 orang siswa dirawat di rumah sakit, mereka diduga mengalami keracunan makanan," kata Arya, Rabu (27/8/2025) dikutip dari detiksumbagsel.com.


Sisanya, sebanyak 46 siswa lainnya, mendapatkan perawatan di sejumlah puskesmas terdekat. Hal ini dilakukan karena kapasitas rumah sakit tidak mampu menampung seluruh korban dalam satu waktu.


Kasus ini langsung menjadi viral di media sosial, terutama karena jumlah korban yang sangat besar. Warganet mempertanyakan standar keamanan pangan dalam program MBG yang dijalankan pemerintah.


Pertanyaan publik pun bermunculan: siapa sebenarnya yang bertugas mengawasi proses pengolahan makanan bergizi gratis tersebut?


Ke mana peran ahli gizi yang seharusnya memastikan kualitas, kebersihan, serta kandungan nutrisi makanan sebelum sampai ke tangan siswa?


Apakah menu makanan yang dibagikan kepada anak-anak benar-benar diuji kelayakan gizinya? Atau hanya sekadar diproduksi dalam jumlah besar tanpa ada standar yang ketat?


Lebih jauh, publik juga menyoroti masalah tanggung jawab. Jika terjadi keracunan massal seperti ini, siapa yang akan menanggung biaya pengobatan para siswa? Apakah dibebankan kepada orang tua, atau sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah?


Selain itu, muncul pula keluhan dari para siswa sebelumnya. Banyak yang mengaku makanan MBG kerap terasa hambar, tidak enak, bahkan tidak sesuai selera anak-anak. Akibatnya, sebagian siswa sering membuang makanan tersebut.


Kondisi ini menimbulkan dugaan bahwa penyusunan menu MBG tidak melibatkan ahli gizi secara serius. Padahal, aspek rasa juga penting agar anak-anak benar-benar mau mengonsumsi makanan bergizi tersebut.


Pemerhati pendidikan dan kesehatan masyarakat menilai, kasus ini harus dijadikan momentum evaluasi besar-besaran terhadap program MBG. Jangan sampai program yang seharusnya menyehatkan malah membawa petaka.


Ahli kesehatan masyarakat juga menyebut, kualitas bahan makanan dan proses pengolahan harus menjadi perhatian utama. Tidak cukup hanya dengan label "bergizi", tetapi harus benar-benar memenuhi standar keamanan pangan.


Transparansi dalam pengadaan bahan makanan juga penting. Publik berhak tahu apakah bahan yang digunakan segar, bersih, dan aman, atau justru kualitasnya rendah karena alasan efisiensi anggaran.


Di sisi lain, pihak rumah sakit masih terus berupaya menangani para korban. Tim medis bekerja ekstra untuk memastikan siswa pulih dan bisa kembali beraktivitas normal.


Namun, trauma akibat kejadian ini tentu tidak mudah dihapus begitu saja. Orang tua menjadi lebih khawatir dan ragu membiarkan anak-anak mereka kembali mengonsumsi makanan MBG.


Hingga kini, pemerintah daerah bersama pihak terkait masih melakukan investigasi. Sampel makanan juga telah dibawa ke laboratorium untuk diuji kandungannya.


Hasil uji laboratorium diharapkan dapat menjawab penyebab pasti keracunan massal tersebut. Apakah benar akibat bahan makanan yang tercemar, atau karena kelalaian dalam proses pengolahan.


Pada akhirnya, kasus keracunan MBG di Rejang Lebong ini seharusnya menjadi peringatan keras. Program pangan bergizi tidak boleh dijalankan asal-asalan, karena menyangkut nyawa dan kesehatan anak bangsa.


Jika pemerintah ingin melanjutkan MBG, maka pengawasan harus diperketat, ahli gizi harus dilibatkan penuh, dan standar keamanan pangan harus ditegakkan tanpa kompromi. (**/redaksibangunpiaman.com/disarikan dari berbagai sumber)

Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top