80 Tahun Sumatera Barat : Kilas Balik Sejarah, Kepemimpinan, dan Potensi Wisata

0
Kantor Gubernur Sumatera Barat. Foto By Google 


Sumatera Barat genap berusia 80 tahun pada 1 Oktober 2025. Perjalanan panjang provinsi ini menyimpan catatan sejarah penting, deretan gubernur yang pernah memimpin, serta tantangan ekonomi yang kini perlu dijawab dengan kerja nyata.

-------------


Tanggal 1 Oktober 2025 menjadi momentum penting bagi masyarakat Sumatera Barat. Daerah yang terkenal dengan budaya Minangkabau, alam yang indah, serta kuliner yang mendunia ini resmi berusia 80 tahun. 


Perjalanan panjang delapan dekade telah meninggalkan banyak catatan sejarah, dinamika kepemimpinan, hingga tantangan pembangunan yang terus dihadapi hingga kini.



Provinsi Sumatera Barat mulai terbentuk pada 1 Oktober 1945, tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada masa awal, wilayah ini masih menjadi bagian dari keresidenan dalam struktur pemerintahan kolonial Belanda. 


Namun seiring dengan perubahan politik nasional, Sumatera Barat resmi berdiri sebagai provinsi yang memiliki peran besar dalam perjalanan bangsa.



Sejarah mencatat, Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang melahirkan banyak tokoh bangsa. Mulai dari para pahlawan pergerakan kemerdekaan, pemikir, hingga ulama besar lahir dari ranah Minang. 


Dengan falsafah hidup adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, masyarakat Minangkabau menjadikan agama dan adat sebagai pilar dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.



Dalam konteks pemerintahan, Sumatera Barat mengalami beberapa kali perubahan struktur wilayah. Pada awal berdirinya, Sumatera Barat tergabung dalam Provinsi Sumatera. 


Baru pada tahun 1957, wilayah Sumatera dipecah menjadi beberapa provinsi, salah satunya Sumatera Barat. Sejak saat itu, Sumbar semakin menegaskan identitasnya sebagai daerah yang kaya akan budaya dan sumber daya.



Gubernur pertama yang memimpin Sumatera Barat setelah terbentuk adalah Kaharudin Datuk Rangkayo Basa. Ia menjabat pada tahun 1958, pasca dikeluarkannya UU Nomor 61 Tahun 1958 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat I di Sumatera. Kepemimpinan Kaharudin menjadi tonggak awal pengelolaan pemerintahan daerah yang lebih mandiri di Sumbar.



Setelah itu, tongkat estafet kepemimpinan Sumbar berlanjut ke sejumlah gubernur lain, seperti Harun Zain, Azwar Anas, Hasan Basri Durin, Zainal Bakar, Gamawan Fauzi, Marlis Rahman (Plt), Irwan Prayitno, dan Mahyeldi Ansharullah yang saat ini masih menjabat. 


Setiap gubernur memiliki tantangan yang berbeda, sesuai dengan zamannya, baik dalam pembangunan infrastruktur, pendidikan, maupun pengelolaan sumber daya alam.



Di bawah kepemimpinan para gubernur tersebut, Sumatera Barat berkembang dengan ciri khasnya. Salah satunya adalah peran perantau Minangkabau yang terkenal gigih di rantau. 


Mereka bukan hanya mengharumkan nama daerah di berbagai kota besar di Indonesia, tetapi juga ikut berkontribusi dalam pembangunan kampung halaman melalui investasi dan kegiatan sosial.



Namun, memasuki usia 80 tahun, Sumatera Barat menghadapi tantangan serius dalam hal pertumbuhan ekonomi. Data terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumbar relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional. 


Hal ini menimbulkan keprihatinan, mengingat Sumbar memiliki sumber daya yang berlimpah, baik dari sektor pertanian, perikanan, maupun pariwisata.



Rendahnya pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, keterbatasan investasi yang masuk ke Sumbar. Kedua, infrastruktur yang masih perlu penguatan, terutama jalan dan akses transportasi yang menghubungkan sentra produksi dengan pasar. Ketiga, masih terbatasnya industrialisasi sehingga banyak produk lokal dijual dalam bentuk bahan mentah.



Meski demikian, Sumbar tetap memiliki potensi yang luar biasa, terutama di sektor pariwisata. Alam yang memesona dengan pegunungan, danau, pantai, hingga lembah yang indah menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pariwisata dapat menjadi motor penggerak ekonomi jika dikelola secara profesional dan berkelanjutan.



Salah satu destinasi unggulan adalah Danau Maninjau, sebuah danau vulkanik indah yang dikelilingi oleh perbukitan hijau. Tidak kalah menarik, Danau Singkarak yang terkenal sebagai lokasi penyelenggaraan Tour de Singkarak juga menjadi ikon wisata air di Sumbar. Keindahan alam ini didukung oleh cerita rakyat dan budaya Minangkabau yang melekat di setiap destinasi.



Selain wisata alam, Sumbar juga terkenal dengan wisata budaya. Tradisi Pacu Jawi di Tanah Datar, Tabuik di Pariaman, hingga Mauluik Gadang di Padang Pariaman, merupakan daya tarik budaya yang sarat makna. Acara-acara ini bukan hanya hiburan, melainkan juga bentuk pelestarian warisan leluhur yang masih terjaga hingga kini.



Wisata kuliner juga menjadi daya tarik utama Sumatera Barat. Siapa yang tidak mengenal rendang, masakan khas Minangkabau yang telah dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia? Selain rendang, ada juga sate Padang, dendeng balado, dan gulai itiak lado mudo yang menggugah selera wisatawan. Kuliner ini menjadi kekuatan tersendiri dalam mempromosikan pariwisata Sumbar.



Di bidang wisata religi, Sumbar memiliki Masjid Raya Sumatera Barat dengan arsitektur modern berbentuk rumah gadang. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi landmark kebanggaan masyarakat. Selain itu, terdapat juga surau-surau tua, makam ulama besar, dan pesantren tradisional yang dapat menjadi destinasi religi sekaligus edukasi.



Peluang besar juga datang dari wisata bahari. Pantai Air Manis dengan legenda Malin Kundang, Pantai Carocok Painan, Pantai Gandoriah di Kota Pariaman, Pantai Ketaping dan Pantai Arta di Padang Pariaman, gugusan pulau kecil di Kabupaten Pesisir Selatan serta wisata surfing di Kabupaten Kepulauan Mentawai menawarkan pesona laut yang luar biasa. Dengan pengelolaan yang tepat, destinasi bahari Sumbar bisa menjadi pesaing Bali maupun Lombok.


Pemerintah daerah kini dihadapkan pada tugas besar untuk memaksimalkan potensi tersebut. Dibutuhkan strategi pengembangan yang komprehensif, mulai dari promosi, peningkatan infrastruktur, hingga penguatan sumber daya manusia di sektor pariwisata. Tanpa langkah konkret, potensi besar ini hanya akan menjadi cerita tanpa dampak ekonomi nyata.



Momentum 80 tahun ini seharusnya menjadi bahan refleksi bersama. Bagaimana Sumatera Barat dapat keluar dari masalah pertumbuhan ekonomi yang rendah? 


Bagaimana pemerintah daerah, masyarakat, dan perantau dapat bersinergi untuk menjadikan Sumbar lebih maju? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk dijawab dalam rencana pembangunan jangka panjang.



Sumatera Barat telah melewati perjalanan sejarah yang panjang. Dari daerah yang penuh dinamika politik, dipimpin oleh tokoh-tokoh berpengaruh, hingga kini menjadi provinsi dengan potensi wisata kelas dunia. 


Tantangan ekonomi memang nyata, tetapi dengan semangat gotong royong dan falsafah Minangkabau, Sumbar diyakini mampu bangkit. Di usia 80 tahun, inilah saatnya Sumatera Barat menatap masa depan dengan penuh optimisme. (Redaksi/)

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top