Surau Lubuak Bauak, Saksi Sunyi Lahirnya Inspirasi Buya Hamka

0
Surau Lubuak Bauak, meski sederhana, bangunan ini menyimpan kisah besar yang melampaui zamannya. 

Oleh : Agung Izfa, Mahasiswa Universitas Andalas, Padang

----------------


Di sebuah lembah perbukitan yang sejuk di Batipuh, berdiri kokoh sebuah surau kayu tua bernama Surau Lubuak Bauak. Meski sederhana, bangunan ini menyimpan kisah besar yang melampaui zamannya. 


Dari surau inilah jejak pemikiran dan nilai-nilai kehidupan Buya Hamka mulai bertumbuh, kelak melahirkan mahakarya sastra Indonesia, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.


Didirikan sekitar tahun 1901 di atas tanah wakaf Datuk Bandaro Panjang dari Suku Jambak, Surau Lubuak Bauak telah lebih dari seabad menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan masyarakat Batipuh. Di masa kolonial, surau ini menjadi ruang belajar, tempat diskusi, dan titik pertemuan lintas budaya.


Keunikan arsitekturnya menjadi daya tarik tersendiri. Bangunan ini memadukan unsur Minangkabau, Belanda, dan Tionghoa, mencerminkan kehidupan multikultural yang tumbuh di Sumatera Barat pada awal abad ke-20. 


Karena nilai sejarah dan keasliannya yang terjaga, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menetapkannya sebagai Cagar Budaya Nasional pada tahun 2010.


Namun, nilai Surau Lubuak Bauak tidak hanya terletak pada kayu dan tiang yang menopangnya. Surau ini juga menjadi tempat di mana Buya Hamka muda menimba ilmu dan menyerap kearifan adat serta kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. 


Dari sinilah lahir pandangan hidup yang kelak mengilhami kisah cinta dan pertentangan adat dalam Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.


Novel yang kemudian diadaptasi menjadi film pada tahun 2013 itu menggambarkan benturan antara cinta pribadi dan hukum adat, antara kebebasan dan garis keturunan, serta pengaruh agama dalam struktur sosial Minangkabau. 


Nilai-nilai itu hidup dan tumbuh di sekitar Surau Lubuak Bauak — menjadikannya lebih dari sekadar tempat ibadah, tetapi juga sumber refleksi budaya.


Kini, Surau Lubuak Bauak telah bertransformasi menjadi destinasi warisan budaya yang hidup. Para wisatawan dan peneliti datang silih berganti, ingin menyaksikan langsung surau yang menjadi bagian penting dalam sejarah intelektual Minangkabau. 


Selain arsitekturnya yang menawan, surau ini juga menyimpan aura ketenangan yang membawa pengunjung seolah kembali ke masa silam.


Keberadaan Surau Lubuak Bauak menjadi pengingat bahwa warisan budaya bukan hanya peninggalan masa lalu, melainkan sumber inspirasi yang terus berdenyut. 


Dari ruang kayu sederhana di perbukitan Batipuh inilah, lahir semangat yang menembus zaman — menyatukan iman, adat, dan sastra dalam harmoni yang abadi. (**/)

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top