Mengenang Dua Pahlawan Batang Tapakih Bahauddin dan Moehammad Noer, Ksatria Sunyi dari Sintuak

0
Wakil Bupati Rahmad Hidayat Melakukan Tabur Bunga di Makam Pahlawan Tapakis. Foto. Kominfo


Di Batang Tapakih, Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, ada makam pahlawan yang setiap tahun diziarahi oleh para pejabat, pelajar, dan masyarakat. 

----------------


Pada Taman Makam Pahlawan Batang Tapakih ini, terbaring dua sosok pejuang yang mungkin tak banyak dikenal dalam buku sejarah nasional, namun namanya harum di bumi Minangkabau dia adalah Aiptu Bahauddin dan Aiptu Moehammad Noer.


Keduanya adalah putra terbaik daerah, anggota Brigade Mobil (Brimob) Sumatera Barat, yang gugur saat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada masa Agresi Militer Belanda II, 19 Desember 1948. 


Dalam situasi kacau setelah proklamasi, ketika Belanda datang kembali dengan pasukan modernnya, dua anak nagari ini berdiri teguh di barisan depan, menolak tunduk pada penjajahan.


Perang kala itu tidak hanya soal senjata, tetapi juga soal keyakinan. Mereka berjuang dengan peralatan sederhana, dengan tekad yang lebih besar daripada amunisi. Dalam bentrokan di wilayah Padang Pariaman, 


Bahauddin dan Moehammad Noer gugur sebagai martir kemerdekaan. Jenazah keduanya kemudian dimakamkan di kampung halaman, dan di sanalah kisah perjuangan mereka hidup abadi.


Setiap 10 November, di pagi yang khidmat, derap langkah prajurit, dentingan terompet, dan taburan bunga mengiringi ziarah ke makam mereka. 


Para pejabat daerah, pelajar, dan masyarakat datang memberi penghormatan. Bukan karena jabatan mereka, tapi karena semangat yang mereka wariskan — semangat keberanian tanpa pamrih.


Masyarakat Sintuak menyebut keduanya sebagai “Pahlawan Batang Tapakih”. Gelar itu lahir dari pengakuan hati rakyat yang mengenang jasa, bukan dari piagam atau penghargaan formal. 


Di antara nisan-nisan yang berjajar, dua nama itu menjadi simbol bahwa pahlawan sejati bisa lahir dari desa kecil, dari orang biasa yang rela berkorban demi merah putih.


Aiptu Bahauddin dikenal sebagai sosok disiplin dan berjiwa pengabdian. Ia bergabung dalam satuan Brimob sejak awal berdirinya pasukan itu di Sumatera Barat. Dalam banyak operasi, 


Bahauddin sering menjadi penghubung antara pasukan dan masyarakat. Ia bukan hanya seorang pejuang bersenjata, tapi juga sosok yang dekat dengan rakyat. 


Ketika pertempuran pecah di wilayah Padang Pariaman, ia memilih tetap di garis depan — dan di sanalah ia gugur dengan gagah berani.


Sementara itu, Aiptu Moehammad Noer dikenal sebagai prajurit yang tenang, berjiwa kepemimpinan tinggi, dan sangat religius. Dalam catatan lisan warga, ia selalu menenangkan rekan-rekannya sebelum bertempur. 


Kata-kata yang sering diingat adalah nasihatnya: “Kalau kita mati di jalan mempertahankan negeri, itu bukan akhir, tapi awal dari kemerdekaan yang sesungguhnya.” Kalimat itu kini terukir di hati banyak orang yang mengenang pengorbanannya.


Keduanya kini disemayamkan berdampingan. Batu nisan mereka sederhana, namun setiap tahun bunga dan doa tak pernah berhenti ditaburkan. Di setiap ziarah Hari Pahlawan, Bupati, Wakil Bupati, dan unsur Forkopimda Padang Pariaman selalu datang memberi penghormatan. 


Dalam doa yang dipanjatkan, terselip rasa terima kasih dari seluruh warga atas jasa mereka menjaga kehormatan republik.


Penghormatan itu bukan sekadar tradisi seremonial. Ia adalah bentuk pendidikan sejarah yang hidup. Melalui ziarah itu, generasi muda diingatkan bahwa kemerdekaan tidak datang dengan mudah. 


Ada darah dan air mata yang tertumpah. Ada Bahauddin dan Moehammad Noer yang rela kehilangan segalanya demi merah putih berkibar di bumi Minang.


Di sekolah-sekolah sekitar Nagari Sintuak, guru-guru mulai memperkenalkan kisah mereka sebagai bagian dari pembelajaran sejarah lokal. 


Murid-murid diajak mengenal sosok pejuang dari daerah sendiri, agar rasa cinta tanah air tumbuh dari kedekatan emosional, bukan hanya hafalan buku teks. Dari situ, semangat lokal menjadi bagian dari nasionalisme yang utuh.


Pemerintah daerah pun berkomitmen menjaga kelestarian makam dan nilai-nilai sejarah ini. Setiap tahun, selain ziarah, dilakukan pula kegiatan bakti sosial dan gotong royong di sekitar area makam. 


Hal itu menjadi simbol bahwa menghormati pahlawan bukan hanya dengan upacara, tetapi juga dengan tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat.


Nilai-nilai yang diwariskan kedua pahlawan itu tetap relevan hari ini. Ketulusan, keberanian, dan kesetiaan pada bangsa adalah modal moral yang dibutuhkan di era modern. 


Dalam konteks pembangunan, semangat mereka diterjemahkan dalam bentuk kerja keras, integritas, dan pengabdian kepada daerah. “Kalau dulu mereka berjuang dengan senjata, sekarang kita berjuang dengan karya,” begitu kata salah seorang tokoh masyarakat Sintuak saat upacara Hari Pahlawan tahun lalu.


Dalam diamnya, makam Bahauddin dan Moehammad Noer seakan berbicara. Mereka tak lagi hadir dalam bentuk fisik, namun semangatnya menyala dalam setiap langkah pembangunan Padang Pariaman. 


Nama mereka mungkin tak tercatat di lembaran besar sejarah nasional, tapi di hati masyarakat, mereka abadi — pahlawan sejati yang tak menuntut balas jasa.


Kini, Taman Makam Pahlawan Batang Tapakih bukan hanya tempat peristirahatan terakhir, tapi juga tempat pendidikan moral dan sejarah. Dari tempat sunyi itu, generasi baru belajar arti keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air. 


Mereka belajar bahwa pahlawan tidak selalu lahir dari kota besar atau terkenal di buku pelajaran. Kadang, mereka lahir dari nagari kecil yang dijaga oleh doa dan ingatan rakyatnya.


Ketika bunga-bunga ditaburkan setiap 10 November, bukan hanya tanah yang disirami air mata haru, tapi juga hati yang disirami kesadaran: bahwa kemerdekaan adalah amanah. Amanah yang dulu dijaga oleh Bahauddin dan Moehammad Noer, dan kini harus dijaga oleh kita semua.


Dua nama, dua kisah, satu semangat. Dari Sintuak untuk Indonesia — dari Batang Tapakih, Padang Pariaman, untuk bangsa yang merdeka dan berdaulat. ( Redaksi/ Disarikan dari berbagai sumber)

Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top