Oleh : Muhammad Risky Daulay
![]() |
Akhir November 2025 mencatat salah satu peristiwa hidrometeorologi paling berat di Sumatera dalam beberapa tahun terakhir. Hujan ekstrim yang turun selama beberapa hari berturut-turut memicu banjir bandang dan tanah longsor yang melanda wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan beberapa provinsi tetangga.
Akibatnya, ribuan rumah tergenang, jalan dan jembatan terputus, dan ratusan jiwa dilaporkan meninggal atau hilang — angka yang terus diperbarui oleh otoritas.
Kronologi singkat kejadian 21–24 November 2025: Beberapa instansi, termasuk BMKG setempat, mengeluarkan peringatan dini tentang potensi hujan lebat di beberapa wilayah Sumatera.
Namun intensitas hujan meningkat tajam menjelang akhir bulan. 25–27 November 2025: Titik-titik hulu sungai meluap; banjir dan longsor terjadi di banyak kabupaten/kota, terutama di Tapanuli (Utara, Tengah, Selatan), Sibolga, Padang Sidempuan, serta sejumlah kabupaten di Sumatera Barat. BPBD dan BNPB melaporkan evakuasi massal dan kerusakan infrastruktur yang parah.
Akhir November — awal Desember 2025: Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah menetapkan status tanggap darurat di beberapa provinsi, menyalurkan bantuan darurat, dan melakukan operasi SAR. Data korban dan kerusakan terus diperbarui secara berkala.
Analisis awal menunjukkan kombinasi beberapa faktor: curah hujan ekstrem (dipicu oleh pola cuaca regional yang intens), kondisi ekosistem hulu yang terganggu akibat deforestasi dan konversi lahan, serta keterbatasan sistem peringatan dini dan infrastruktur pengendalian banjir di beberapa daerah.
Pakar mengingatkan bahwa kerusakan hutan di daerah hulu mempercepat aliran permukaan dan meningkatkan risiko banjir bandang.
Dampak manusia, infrastruktur, dan ekonomi Korban jiwa dan orang hilang: Berbagai laporan yang dirilis sejak akhir November menunjukkan ratusan hingga ribuan korban (jumlah berubah seiring pendataan).
BNPB dan kepolisian setempat merilis update berkala terkait jumlah meninggal, hilang, dan luka. Angka-angka ini berbeda antar lembaga selama proses verifikasi; yang pasti, dampak kemanusiaan sangat besar.
Pengungsi dan sosial: Puluhan hingga ratusan ribu jiwa terdampak langsung—termasuk ribuan pengungsi yang menempati pos-pos sementara. Gangguan layanan dasar (listrik, air bersih, komunikasi) meluas di beberapa kabupaten.
Infrastruktur dan ekonomi: Jalan, jembatan, gedung sekolah, dan fasilitas kesehatan rusak. Kerugian ekonomi awal diperkirakan mencapai miliaran hingga puluhan triliun rupiah ketika menghitung kerusakan rumah, kendaraan, jaringan transportasi, dan kerugian sektor pertanian. Estimasi kerugian berubah-ubah seiring pendataan.
Hingga pembaruan terakhir yang dilaporkan oleh BNPB dan aparat keamanan daerah: operasi penyelamatan dan evakuasi masih berjalan di beberapa titik yang aksesnya sulit ; distribusi bantuan bahan pokok dan layanan kesehatan diprioritaskan ; pemulihan infrastruktur diperkirakan memerlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Otoritas cuaca terus memantau potensi hujan susulan dan mengimbau masyarakat menghindari daerah rawan. Data numerik (korban, pengungsi, rumah rusak) terus mengalami revisi seiring proses pencarian dan pendataan.
Pemerintah pusat, melalui BNPB, bekerja sama dengan BPBD provinsi/kabupaten, TNI/Polri, SAR, Kementerian Kesehatan, dan organisasi kemanusiaan untuk: Melakukan pencarian dan penyelamatan korban.
Menyediakan posko kesehatan, dapur umum, dan tenda pengungsian. Memperbaiki akses logistik darurat dan membuka kembali jalur yang terputus.Melakukan kaji cepat terhadap kerusakan infrastruktur.
Pelajaran penting dan rekomendasi Pentingnya pengelolaan hulu dan konservasi lahan : Kerusakan hutan dan praktik tata guna lahan yang tidak berkelanjutan memperbesar risiko banjir bandang. Rehabilitasi hutan, penegakan peraturan, dan reboisasi hulu harus. (***/)


Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih