Oleh : Afrima Fahsa, Jurusan: Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Andalas
![]() |
| Penulis |
LAGU merupakan salah satu bentuk karya sastra yang hidup, tumbuh, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ia tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menjadi cerminan nilai, emosi, pandangan hidup, serta pengalaman masyarakat.
Salah satu lagu yang sarat makna tersebut adalah “Ranah Minang Kini Manangih”, ciptaan Rozac Tanjung dan dinyanyikan oleh Pinki Prananda.
Lagu ini bukan hanya menyajikan keindahan musikal, tetapi juga menyuarakan rasa duka yang mendalam akibat bencana alam yang terjadi di Ranah Minang.
Lirik lagu tersebut menggambarkan kehancuran rumah, terjangan banjir bandang (galodo), gempa gunung, serta kesedihan yang menyelimuti masyarakat.
Melalui ungkapan-ungkapan emosional, lagu ini menyisipkan pesan moral agar manusia sadar bahwa keserakahan dan rusaknya alam seringkali diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri.
Lagu ini bukan sekadar narasi penderitaan, tetapi juga bentuk refleksi sosial yang menyerukan agar manusia menjaga alam.
Makna dan Simbolisme dalam Lirik
Lagu “Ranah Minang Kini Manangih” menggambarkan bencana yang datang secara tiba-tiba dan menghancurkan segalanya.
Gambaran runtuhnya bukit, banjir bandang yang keruh, guncangan gunung, dan terputusnya akses transportasi menjadi simbol ketidakberdayaan manusia di hadapan kekuatan alam.
Kerusakan tersebut bukan hanya menghilangkan harta benda dan nyawa, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi korban yang kehilangan orang-orang terkasih.
Namun di balik kesedihan tersebut, lagu ini menghadirkan doa dan harapan. Ada permohonan ampun dan perlindungan kepada Tuhan agar Ranah Minang dapat kembali bangkit. Simbol “tangisan ranah” dalam judul bukan hanya metafora penderitaan alam, tetapi ratapan masyarakat yang kehilangan rasa aman dan kenyamanan hidup.
Pesan Emosional dan Nilai Kemanusiaan
Kekuatan lagu ini terletak pada kehampaan kata yang sederhana namun penuh rasa. Ia bagaikan ratok (ratapan) dalam tradisi Minangkabau—tangis kolektif yang menggambarkan kesedihan bersama.
Lagu ini menumbuhkan empati melalui gambaran penderitaan para korban bencana. Rasa iba yang muncul tidak hanya tertuju pada masyarakat Minang, tetapi pada manusia secara universal.
Dalam budaya Minangkabau dikenal nilai “bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat”. Ketika satu nagari mengalami musibah, nagari lainnya merasa terpanggil untuk membantu.
Lagu ini memperkuat semangat tersebut dengan menghadirkan ajakan untuk saling menguatkan, saling membantu, dan bersama menanggung duka.
Nilai spiritual juga tampak dalam pesan ketabahan. Bencana tidak hanya dipandang sebagai tragedi, tetapi juga sebagai cobaan yang harus diterima dengan ikhtiar dan kesabaran.
Dengan demikian, lagu ini mengandung moral agar manusia tetap tegar dan tidak kehilangan harapan.
Kritik sastra terhadap lagu “Ranah Minang Kini Manangih” mengungkapkan bahwa lagu daerah tidak dapat dipandang hanya sebagai hiburan.
Lirik lagu ini merupakan teks sastra yang menyimpan simbol budaya, kritik sosial, dan pesan moral. Ia mencerminkan hubungan erat antara masyarakat
Minangkabau dan alam sebagai guru kehidupan (alam takambang jadi guru). Melalui lagu ini, kesedihan berubah menjadi kekuatan, penderitaan menjadi solidaritas, dan bencana menjadi pengingat bahwa alam harus dijaga.
Dengan demikian, “Ranah Minang Kini Manangih” layak dihargai bukan hanya sebagai karya musik, tetapi sebagai karya sastra yang memiliki kedalaman emosional, kemanusiaan, serta nilai-nilai budaya yang tinggi. (**/)


Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih