Keanekaragaman Musik Tradisional Minangkabau

Oleh : Jessie Andresa/ Mahasiswa Universitas Andalas jurusan Sastra Minangkabau

Musik Tradisional Minangkabau dalam perjalanannya melewati berbagai generasi dan masyarakat. Tentu ada yang hidup dan berkembang dengan baik, mengikuti perkembangan zaman, atau menantang, berakhir dan punah. Sejauh ini, jenis-jenis musik tradisional Minangkabau yang sangat umum dikenal oleh masyarakat secara lebih luas

berdasarkan cara memainkannya, misalnya: musik tradisi pukul (perkusi), musik tradisi tiup; musik tradisi gesek, dan musik tradisi petik. Pembagian ini telah ditulis oleh Margaret Kartomi dalam tulisannya Taxonomimal Model of The Instrumentarium and Regional Ensambles in Minangkabau. 

Bentuk kesenian musik yang dimainkan dengan cara “digesek” (digesek) yang ada di Minangkabau, yaitu;

Rabab Pasisia/ Biola, berkembang dari daerah Pasisia.

Rabab Darek, dari berkembang daerah Darek Minangkabau/ dataran tinggi Sumatera Barat. Rabab Piaman, berkembang dari daerah Pariaman. Rabab Badui, dari daerah Sijunjung. 


Bentuk kesenian musik yang dimainkan dengan cara “digua”/ “diguguah”(dipukul), yang ada di Minangkabau, yaitu;

Tassa dan Gandang Tambua, berkembang dari daerah Pariaman, Maninjau dan sekitarnya.

Gandang Duo/ Gandang Silek, berkembang dari daerah Muaro Labuah.

Talempong dan Canang, berkembang dari daerah Darek.

Talempong Batu, berkembang dari daerah Batu Sangka.

Talempong Kayu, berkembang dari daerah Darek.

Indang, berkembang dari daerah Pariaman. 

Rabana/ Rabanea/ Barzanzi, berkembang di daerah Darek dan Rantau.

Adok, berkembang dari daerah Pasisia.

Salawaik Dulang/ Salawaik Talam, berkembang dari daerah Tanah Datar. 

1.Bentuk kesenian musik yang dimainkan dengan cara “diambuih” (ditiup), yang ada di 

Minangkabau, yaitu;

Saluang Darek, berkembang dari daerah Darek.

Saluang Panjang, berkembang dari daerah Muaro Labuah.

Bansi, berkembang dari daerah Darek dan Pasisia.

Sarunai, Pupuik Gadang, Pupuik Tanduak, Pupuik Batang Padi berkembang dari daerah Darek.

Sampelong dan Saluang Sirompak berkembang dari daerah Payokumbuah.

Saluang Pauah, berkembang dari daerah Pauh Padang.

Katumbak, berkembang dari daerah Padang Pariaman.

Bentuk kesenian musik yang dimainkan dengan cara “dipatiak” (dipetik), yang ada di

Minangkabau adalah; Kucapi Payokumbuah, berkembang dari daerah Payokumbuah.

Semua bentuk kesenian di atas merupakan seni tradisi yang hidup dan berkembang di wilayah kebudayaan masyarakat Minangkabau. Setiap daerah di Minangkabau memiliki kesenian yang khas sebagai hasil dari prilaku manusia yang membudayakan seni tradisi sebagai unsur yang mencirikan identitas dan jati diri kebudayaan masyarakatnya.

(Ardipal, 2015, p. 19) menyebutkan bahwa, pengembangan musik tradisional atau musik kebudayaan tertentu ke arah musik kreasi baru cenderung dilakukan oleh partisipan seni yang kreatif dan berlatar belakang pendidikan formal dan non formal. 

Umumnya pengembangan berangkat dari musik tradisi yang digarap berdasarkan gagasan partisipan seni setelah memahami konsep-konsep berbagai musik yang dilibatkannya kedalam komposisi musiknya.  

Masyarakat atau khususnya generasi muda saat ini yang biasa disebut generasi millenial. Berada pada zaman dimana teknologi berkembang pesat dan mampu menembus ruang-ruang geografis dengan hadirnya internet. 

Menyebarnya informasi tentang pola kehidupan budaya Barat, maupun budaya Timur serta berbagai macam sumber dan bentuknya, seakan membongkar akar budaya bangsa Indonesia dengan notabene budaya Timur. Ini merupakan tantangan bagi seluruh masyarakat untuk tidak terjebak oleh euforia semata. 

Pada akhirnya bisa berdampak hilangnya identitas kebudayaan yang telah dimiliki sebelumnya sebagai warisan budaya. Sehingga menjadi suatu yang sangat penting untuk ditekankan bahwa mencintai kebudayaan sendiri dan bukan kemudian mengatakan kebudayaan sendiri sebagai suatu yang kuno dan ketinggalan zaman.

2. Apabila dilihat lebih jauh kondisi kehidupan musik tradisional tersebut sangat bervariasi, ada yang hidup berkembang sesuai dengan zamannya di tengah-tengah masyarakat pendukungnya dan juga diluar masyarakat pendukungnya, dan ada pula yang 

mengalami kemunduran, bahkan bisa dikatakan hampir mendekati kepunahan. Oleh karena itu, diperlukan adanya usaha pelestarian dan pengembangan sehingga diharapkan musik tradisional itu tidak hilang dimakan masa dan tetap dapat hidup di era globalisasi sekarang ini.

Pemanfaatan media baru makin meningkat pada masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan. Pola-pola komunikasi dengan media baru dirasakan akrab. Sebab dianggap dapat memenuhi kebutuhan informasi dan data. 

Namun model komunikasi dengan media baru, dapat meniadakan model komunikasi media tradisional, seperti seni tradisional dalam bentuk komunikasi langsung. Media tradisional yang bersumber dari kultur sosial masyarakat setempat, mulai terpengaruh dari dampak dan proses komunikasi global, sehingga makin tertinggal bahkan makin lepas dari ikatan kulturnya.  

Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, dengan ratusan suku bangsa serta beragam bahasa daerah membuat begitu beragamnya etnis, bahasa, adat istiadat, pola komunikasi maupun   budaya lokal dari setiap suku bangsa tersebut.  

Fakta sosial budaya yang beragam ini dengan sendirinya juga muncul beragam media tradisional, dalam hal ini media pertunjukan rakyat, yang didukung oleh budaya dan suku bangsa masing-masing etnis.

Kita sebagai generasi muda harus menghidupkan kembali dan melestarikan semua peninggalan nenek moyang kita agar tidak hilang dari ciri khas dari suatu daerah dan masih tetap terjaga dengan rapi tidak tergeser oleh hal yang belum tentu baik untuk generasi muda. Generasi milenial sekarang lebih bangga belajar alat musik modern. 

Mereka yang memandang seperti itu sebenarnya salah, bahwa alat musik tradisional pun bisa menjadi keren indah dengan terus berlatih mengembangkan alat musik tradisional, dan sebagai generasi muda seharusnya bisa menginovasikan alat musik tradisional menjadi lebih keren dan indah sesuai dengan keinginan mereka dan sekreatif mereka. 

Untuk itu kita sebagai generasi milenial harus mampu melestarikan dan mau untuk belajar bagaimana cara membuat juga menggunakan alat musik tradisional tersebut. Karena kalau sudah bisa memainkannya akan mudah untuk melestarikannya. 

Perubahan cara pandang kita terhadap hal yang kuno harus dirubah, bahwa yang kuno itu juga bisa menjadi hal yang keren asalkan kita mau berinovasi sekreatif mungkin sehingga hal tersebut akan menjadi menakjubkan. (___/)



Tidak ada komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Diberdayakan oleh Blogger.