Permainan Anak Nagari Yang Sudah Mulai Pudar

Oleh : Raisya Hanifah/Mahasiswa Universitas Andalas Jurusan Sastra Minangkabau

Badia-Badia Batuang. Foto : Langgam.Id

Pada zaman sebelum maraknya gadget, anak-anak di ranah minang ini lebih banyak bermain di arena terbuka sampai berpeluh-peluh, kadang sampai lupa makan hingga mengaji, karena asyiknya bermain. Berikut ragam permainan anak yang wajib diketahui oleh generasi gadget sekarang ini....

1. Mancik mancik

Permainan anak nagari adalah permainan tradisional yang beras dari minangkabau, yang sudah tua tua yang sutah puluhan tahun lamanya umur permainanya yang sangat erat hubungannya dengan kegiatan masyarakat bertani di sawah dan diladang. 

Untuk mengatasi bahaya tikus (mancik) dilakukanlah kegiatan berburu yang juga memamfaatkan bantuan anjing dan peralatan sederhana lainnya seperti parang. Tentu saja perburuan tersebut membuahkan hasil dan hasil panenpun meningkat. 

Untuk memperingati itu, terutama seusai musim panen maka para orang tua mengarahkan anak-anak mereka untuk melakukan permainan, yang disebut dengan main mancik-mancik. Lebih lanjut.

Terkait dengan sejarah permainan ini, maka berdasarkan penelusuran Amir dkk (1981: 219), tidak diketahui kapan permainan ini ada di tengah masyarakat Minangkabau. 

Mancik dalam pengertian masyarakat Minangkabau Sumatera Barat adalah tikus dalam pengertian masyarakat luas di Indonesia, yaitu binatang penggerak, yang hidup dikolong-kolong rumah, di sawah dan ladang, amupun di semak-semak belukar. 

Kebiasaan mancik adalah mencari makan pada malam hari dan tidur pada siang harinya. Dalam mencari makan tersebut, mancik senantiasa mengganggu tanaman manusia, seperti padi, jagung dan sebagainya. 

Sebagai sebuah permainan, maka mancik-mancik adalah permainan yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku, yaitu anak-anak yang berjumlah sekitar 10 sampai 15 orang berlari-lari dan bersembunyi seperti mancik di pojok-pojok rumah atau pada tempat-tempat yang memungkinkan mereka untuk bersembunyi. 

Sementara itu, seorang anak bertugas mencari teman-temannya yang lain, yang dilakukan secara bergiliran Secara sosial, meskipun permainan ini bersifat hiburan, namun mengajarkan untuk hidup bergotong royong dalam mengahadapi persoalan-persoalan yang tumbuh di tengah masyarakat

Permainan anak nagari ini sekarang sudah hampir punah karena anak anak zaman sekarang kebanyakan sudah main gedget atau hp, semanjak beberapa tahun ini anak anak sudah banyak yang dikenalkan dengan hp. 

Permainan mancik mancik ini biasanya anak anak dikampung sayan bermain pada sore hari diwaktu pulang mengaji, Dulu kalo main mancik-mancik pasti ada yang pernah sembunyi di belakang orang yang jaga, dan pas orang yang jaga selesai ngitung langsung deh di tab tembok nya bilang “mancik-mancik”, ini ni yang “cadiak buruak” alias gak acih

2. Sipak tekong

Sipak tekong merupakan permainan khas Minangkabau seperti petak umpat, dengan peralatan yang lazim digunakan kaleng kemudian diletakkan di tengah lingkaran. Dalam memainkanya, ada satu orang yang bertugas sebagai penjaga dan lainnya akan bersembunyi. 

Bagi siapapun yang menjaganya, penjaga harus menyebutkan nama pemain lainnya dan menyentuh kaleng sambil berkata "Sipang Tekong". Apabila penjaga tidak melakukan hal yang demikian, maka peserta dalam permainan ini akan bersembunyi kembali.

Cara memainkan sepak tekong

a. Pertama, seluruh anak bersama penjaga tekong berdiri di sekitar tekong. Selanjutnya, salah satu di antara mereka bisa menyepak tekong dan mengaraknya dengan kaki sejauh-jauhnya. Kemudian, si pencari mengejar dan mengambil tekong itu, lalu meletakkannya kembali ke dalam lingkaran. Secara bersamaan, ketika si pencari mengejar tekong, para pemain yang lainnya berlari untuk bersembunyi.

b. Kedua, si pencari duduk di atas tekong sambil menutup mata, pada saat itu juga pemain yang lainnya pergi bersembunyi meneriakkan kata “siap”. Jika di antara yang bersembunyi menjawab “belum”, si pencari tidak boleh membuka matanya. Jika tidak ada jawaban, si pencari bisa membuka matanya dan siap mencari teman-temannya. 

Apabila di antara yang bersembunyi ada yang diketahui si pencari dan dapat disebutkan namanya, dia harus secepatnya keluar dari tempat persembunyiannya dan berusaha lebih dulu untuk menyentuh tekong daripada si pencari. 

Bila gagal menyentuh tekong, ia dinyatakan tertangkap dan si pencari akan pergi lagi mencari pemain yang bersembunyi. Saat si pencari pergi meninggalkan tekong dan ada pemain yang bersembunyi datang menyepak tekong, maka pemain yang sudah tertangkap tadi dapat bersembunyi lagi.

c. Terakhir, pemain yang lebih banyak bertugas menjadi si pencari dianggap kalah. 

Permainan Sepak Tekong ini juga banyak disukai oleh masyarakat. Masyarakat menilai bahwa permainan ini dapat menjadi salah satu cara untuk melatih fisik anak-anak. Sifat-sifat seperti sportif, tabah, menjaga amanah, kesetiakawanan, atau pun nilai perjuangannya dapat berkembang melalui permainan ini.

3. Badia-badia batuang

Permainan Badia Batuang mungkin agak asing bagi anak muda jaman sekarang. Dengan berkembang pesatnya teknologi dan munculnya gadget, permainan ini mulai ditinggalkan seiring waktu.

Dalam Bahasa Indonesia, badia berarti bedil atau meriam. Sedangkan batuang berarti bambu besar. Badia batuang biasanya akan ramai dimainkan saat bulan Ramadan. Anak anak akan berkumpul untuk membuat meriam dari bambu yang besar.

Badia batuang atau yang juga dikenal dengan mariam bambu pada dahulunya kerap sekali menjadi permainan anak nagari terutama pada saat bulan suci Ramadhan yang sering dimainkan di tengah malam. 

Permainan ini terbuat dari batuang atau bambu berukuran besar yang sudah tua. Untuk menyalakannya, permainan tradisional ini harus dilengkapi dengan minyak tanah dan sumbu. Biasanya, bambu yang digunakan 2 ruas bambu atau kurang lebih sepanjang 1,5 meter. 

Permainan ini akan menghasilkan bunyi yang sangat keras, dalam permainan tradional ini membutuhkan keahlian dan kehati-hatian, karena tidak jarang mampu yang digunakan terbelah akibat tidak kuat menahan dentuman yang keras.

Namun, saat ini sulit ditemui anak-anak yang masih bermain badia batuang ini, karena anak-anak lebih memilih menyalakan petasan atau kembang api pada saat bulan Ramadhan tiba yang lebih mudah didapatkan. Jadi, itulah beberapa permainan tradisional anak Minangkabau yang dulu sempat populer pada masanya. (**/)

Tidak ada komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Diberdayakan oleh Blogger.