![]() |
Ngopi sambil skripsi di cafe ala mahasiswa. Menyelesaikan skripsi sambil menikmati suasana cafe. |
Oleh : Shania Audi Kharinda Putri, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas.
---------------------
Belakangan ini, coffee shop tak lagi sekadar jadi tempat nongkrong atau bekerja. Semakin sering terlihat mahasiswa dengan laptop terbuka, catatan bertumpuk, dan segelas kopi menemani mereka.
Fenomena “skripsian di cafe” kini jadi pemandangan akrab, terutama di kalangan Gen Z. Tidak lagi terpaku di kamar kos atau perpustakaan, banyak mahasiswa merasa lebih nyaman menyelesaikan tugas akhir di ruang yang estetik sekaligus santai.
Bagi mereka, cafe bukan hanya tempat menikmati kopi, melainkan ruang produktivitas baru. Suasana yang tidak terlalu formal dianggap mampu meredakan stres.
Alih-alih terganggu dengan suara pengunjung, keramaian tipis justru memberi dorongan untuk ikut produktif.
Ditambah fasilitas wifi gratis, colokan listrik di setiap sudut, serta kursi yang nyaman, tak heran coffee shop sering dijadikan “kantor skripsi” dadakan.
Desain interior juga berperan besar. Nuansa modern, musik lembut, dan tata cahaya hangat membuat mahasiswa betah berlama-lama.
Bahkan, suasana estetik kerap dijadikan konten media sosial. Bagi sebagian anak muda, mengerjakan skripsi di cafe bukan hanya soal belajar, tapi juga ekspresi diri: tetap produktif dengan gaya.
Meski demikian, tren ini tetap punya tantangan. Menghabiskan waktu di cafe berarti harus rela merogoh kocek lebih, karena tidak mungkin duduk lama tanpa memesan.
Suasana terlalu ramai pun bisa jadi distraksi, hingga mahasiswa lebih sibuk memotret meja kerja ketimbang menulis bab skripsi.
Namun, sisi positifnya tetap menonjol. Coffee shop bisa jadi ruang aman untuk berdiskusi, bertukar ide, hingga saling menyemangati.
Bagi banyak mahasiswa, berganti suasana dari kos ke cafe membantu menjaga kesehatan mental sekaligus produktivitas.
Fenomena ini sekaligus mencerminkan gaya belajar khas Gen Z: fleksibel, adaptif, dan mencari kenyamanan tanpa meninggalkan tujuan utama.
Pada akhirnya, di mana pun tempatnya—perpustakaan yang sunyi, kamar kos sederhana, atau cafe yang estetik—kunci menyelesaikan skripsi tetap sama: konsistensi dan komitmen.
Kopi mungkin menambah energi, suasana cafe bisa meningkatkan mood, tapi tekad pribadi tetap jadi bahan bakar utama. (***/)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih