![]() |
PADANG,-- Menulis merupakan mata rantai peradaban. Sedangkan menulis sangat penting didukung dengan aktivitas membaca.
Demikian diungkapkan aktivis mahasiswa era 1990-an Dr. Hendra Naldi, S.S., M.Hum, dan Pemimpin Redaksi Sigi24.com Ahmad Damanhuri, SH, Tuanku Mudo, pada bedah buku “Dinamika Pemikiran dan Gerakan Mahasiswa Sumatera Barat Era 1990-an”, yang ditulis Armaidi Tanjung, Sekretaris SatuPena Provinsi Sumatera Barat, Minggu (10/8/2025) malam melalui zoom meeting.
Bedah buku dibuka Ketua DPD SatuPena Sumatera Barat Sastri Bakry yang dipandu Siska Saputri anggota SatuPena Sumbar, berlangsung dari pukul 19.30 hingga 21.30 WIB.
Hendra Naldi yang juga dosen Universitas Negeri Padang ini menyebutkan, sebagai seorang sejarahwan, buku “Dinamika Pemikiran dan Gerakan Mahasiswa Sumatera Barat Era 1990-an” ini bisa memberikan gambaran kilas balik kondisi mahasiswa era 1990-an.
Menarik menjadi Historiografi pada era 1990-an. Buku ini merupakan kumpulan pemikiran dan aktivitas seorang mahasiswa yang berproses tahun 1990 hingga 1996, sebelum reformasi bergulir tahun 1998.
“Peristiwa tahun 1990 sampai 1995 adalah fase perangsangan dalam gerakan mahasiswa di Indonesia. Secara teoretis gerakan sosial, dalam periode baru dalam tahap kedua setelah masa ketidaknyamanan makin tinggi di tengah masyarakat. Dalam dunia kampus kehidupan mahasiswa berhadapan dengan situasi pemerintahan yang semakin otoriter terhadap kehidupan kampus. Pimpinan kampus berubah menjadi pengawal pemerintah untuk selalu mengawasi kehidupan mahasiswa saat itu. Kondisi inilah sekitar tahun 1990-an awal mulai terjadi kritikan terhadap Orde Baru dalam aksi aksi akademik berupa tulisan dan diskusi-diskusi di kampus kampus, dan kondisi ini tidak bisa dilarang oleh pemerintah karena tajuknya tetap akademik,” tutur Hendral Naldi.
Menurut Hendra Naldi, sosok Armaidi Tanjung yang juga aktifis mahasiswa di era awal 1990-an itu, melalui tulisannya sudah menunjukkan keresahan terhadap isu-isu dan kondisi di lingkungannya. Era tersebut, para penyair menyuarakan pikirannya dengan puisi, penyanyi dengan lagu dan penulis dengan tulisannya di media massa yang dapa dibaca orang lain.
Armaidi Tanjung menuangkan pemikiran dan perenungannya melalui tulisan di media cetak. Lalu tulisannya masih disimpan dengan baik hingga kini dibukukan.
Dari buku itu kita dapat melihat bagaimana mahasiswa aktivis di zamannya. Terutama bagi generasi setelah era 1990-an, yang tidak merasakan dan melihat suasana kehidupan mahasiswa di era 1990-an tersebut.
“Buku ini bukan buku fiksi. Tapi realitas sosial yang disorot penulisnya. Sesama akitivis mahasiswa, dalam pertemuan-pertemuan sesama aktivis, Armaidi Tanjung memang tidak terlalu banyak bicara dibanding mahasiswa lainnya. Bicaranya itu ya dengan tulisan. Diakhir tulisannya, selalu mencantumkun mahasiswa dari kampusnya. Meski kuliah di kampus kecil, banyak keterbatasan, tapi Armaidi bisa eksis dengan menulis,” kata Hendra Naldi.
Ahmad Damanhuri menambahkan, pemikiran Armaidi yang disampaikan lewat tulisan yang kemudian dibukukan ini memiliki arti penting dalam melihat mahasiswa era 1990-an.
Lewat buku ini Armaidi memberikan sesuatu pada mahasiswa yakni pentingnya menulis dan mengarsipkan tulisan dari pemikiran sendiri.
“Sekecil apa pun dokumen tulisan diarsipkan, istilahnya kliping koran, oleh Armaidi dikumpulkan dan kemudian diterbikannya jadi buku. Sehingga pemikiran dan tulisannya itu menjadi pesan bagi pembaca, terutama mahasiswa yang bisa belajar dari apa yang sudah dilakukan Armaidi,” kata Damanhuri.
Ketua SatuPena Sumbar Sastri Bakry menyampaikan, bedah buku merupakan salah satu kegiaan SatuPena Sumbar yang rutin dilakukan.
“Beberapa hari lalu bedah buku Sakti karya saya sendiri. Sekarang buku karya Armaidi Tanjung. Sebelumnya sudah ada juga karya Armaidi Tanjung dibedah secara offline. Begitu pula buku karya-karya Pengurus dan anggota SatuPena Sumbar dibedah. Sehingga memberi ruang mengupas buku yang sudah ditulis para penulis, terutama penulis dari SatuPena Sumbar,” kata Sastri Bakry.
Penulis buku Armaidi Tanjung menyebutkan, buku ini terdiri dari delapan bagian. Dimulai dari pendahuluan, menyusul Bagian I: Mahasiswa dan Perguruan Tinggi memuat 11 tulisan. Bagian II: Pendidikan memuat 10 tulisan. Bagian III: Agama memuat sebanyak 10 tulisan. Bagian IV: Keluarga dan Wanita memuat 8 tulisan. Bagian V: Anak dan Remaja memuat 8 tulisan. Bagian VI: Pengendalian Penduduk memuat 12 tulisan. Bagian VII: Pembangunan dan Masalah Sosial memuat 15 tulisan. Bagian VIII: Dari Berita ke Berita ada 28 tulisan, kemudian foto-foto.
Semasa mahasiswa, selain menulis pemikiran di sejumlah surat kabar, juga wartawan dan aktif di tiga organisasi. Yakni sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan ilmu Politik (STISIP) YPKM Padang, Sekretaris Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Sumatera Barat dan Sekretaris Pengurus Daerah Perkumpulan filaelis Indonesia (PD PFI) Suamatera Barat. “Ketiganya memberikan ruang untuk beraktifitas selama menjadi mahasiswa dengan fokus kegiatan sesuai organisasi masing-masng,” kata Armaidi Tanjung.***
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih