Niniak Mamak di Era Modern : Menjaga Adat di Tengah Arus Zaman

Oleh: Rafhel Setya Pratama

Foto penulis

Zaman terus berubah, namun peran Niniak Mamak tetap relevan. Di tengah derasnya arus modernisasi, globalisasi, dan digitalisasi, figur Niniak Mamak hadir sebagai penyeimbang antara tradisi dan modernitas. 

---------------------

Mereka bukan lagi sekadar tokoh adat, melainkan juga penghubung nilai-nilai lama dengan tantangan masa kini. Kini, banyak Niniak Mamak yang tidak hanya aktif dalam urusan adat, tetapi juga berperan dalam bidang pendidikan, ekonomi, hingga pemerintahan. 

Mereka mendampingi generasi muda menavigasi kehidupan modern tanpa kehilangan jati diri Minangkabau. Pepatah “adat dipakai baru, pusako dipakai usang” menjadi pegangan bahwa adat boleh menyesuaikan zaman, tapi tidak boleh ditinggalkan.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah regenerasi. Banyak anak muda Minang tumbuh di perantauan dan jauh dari kehidupan nagari. 

Di sinilah peran Niniak Mamak menjadi penting sebagai jembatan, mengajarkan nilai gotong royong, kesantunan, dan rasa malu (malu jo urang, malu jo adat)—karakter khas yang menjadi fondasi moral masyarakat Minangkabau.

Lebih dari itu, peran Niniak Mamak kini juga meluas ke ranah sosial. Mereka terlibat dalam penyelesaian konflik tanah ulayat, advokasi perempuan, hingga pelestarian lingkungan. 

Sosok Niniak Mamak bertransformasi menjadi pemimpin komunitas yang visioner—bukan hanya penjaga adat, tetapi juga agen perubahan sosial.

Sebagaimana dikatakan Emral Djamal Dt. Rajo Mudo, “Adat tidak pernah mati; yang mati hanya orang yang lupa adat.” Selama Niniak Mamak masih ada dan dihormati, identitas Minangkabau akan tetap hidup. 

Mereka menjadi mata rantai yang menghubungkan masa lalu dan masa depan, menjaga nilai lama agar tetap bermakna di dunia yang terus berubah. (**/)