Tajuk : Capaian Imunisasi di Padang Pariaman Baru 50 Persen, Ada Apa?

0
Balita mendapatkan imunisasi dari nakes. Foto by.google 


Hingga triwulan terakhir tahun 2025, capaian imunisasi anak di Kabupaten Padang Pariaman baru menembus angka 50 persen. Angka ini jauh dari target nasional yang ditetapkan sebesar 85 persen. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan tentang efektivitas program kesehatan dasar di tingkat nagari dan korong.


Sebagai kabupaten dengan cakupan wilayah yang luas dan masyarakat yang tersebar, tantangan geografis sering menjadi alasan klasik. Namun, apakah semata-mata karena faktor jarak dan akses, atau justru ada persoalan pada tingkat pelaksanaan dan kesadaran masyarakat?


Beberapa pihak menilai bahwa tenaga kesehatan di lini terdepan, khususnya bidan desa, perlu memperkuat peran aktif mereka. Bidan desa adalah ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak. Jika imunisasi tertinggal, maka ada evaluasi serius terhadap strategi pendekatan yang digunakan.


Namun di sisi lain, tidak semua bisa dibebankan kepada bidan desa. Mereka bekerja di lapangan dengan keterbatasan sumber daya, sering menghadapi masyarakat yang masih percaya pada mitos atau takut terhadap efek samping imunisasi. Faktor sosial dan budaya ini tidak bisa diabaikan begitu saja.


Masih banyak orang tua di pedesaan yang enggan membawa anak mereka untuk imunisasi, dengan alasan anak terlihat sehat, atau karena pengaruh informasi yang menyesatkan di media sosial. Ketakutan akan “efek panas setelah suntik” sering kali menjadi alasan sederhana namun berdampak besar terhadap penurunan partisipasi.


Dalam konteks ini, peran tokoh masyarakat sangat penting. Wali Korong, Wali Nagari, hingga Camat memiliki tanggung jawab moral dan sosial dalam menyosialisasikan pentingnya imunisasi. Merekalah yang paling dekat dengan warga dan memiliki pengaruh besar dalam membangun kesadaran kolektif.


Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, fungsi koordinasi lintas sektor antara tenaga kesehatan dan pemerintah nagari belum berjalan optimal. Masih terlihat adanya jarak komunikasi antara Puskesmas dengan aparatur nagari. Banyak kegiatan sosialisasi hanya bersifat formalitas, tanpa tindak lanjut yang efektif di lapangan.


Padahal, keberhasilan imunisasi bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan semata. Ini adalah kerja bersama lintas sektor — mulai dari pemerintah daerah, camat, nagari, korong, hingga keluarga. Jika salah satu rantai ini lemah, maka capaian imunisasi otomatis ikut menurun.


Dalam beberapa nagari, ada praktik baik yang patut dicontoh. Misalnya, kegiatan “jemput bola imunisasi” yang dilakukan secara terjadwal dengan dukungan Wali Nagari dan kader PKK. Program ini terbukti mampu meningkatkan capaian imunisasi karena masyarakat dilibatkan secara aktif.


Imunisasi sejatinya bukan sekadar suntikan, tetapi investasi kesehatan jangka panjang. Anak-anak yang mendapat imunisasi lengkap akan memiliki daya tahan tubuh lebih kuat terhadap penyakit berbahaya seperti campak, difteri, polio, dan hepatitis. Ini adalah benteng pertama sebelum sistem kesehatan harus menanggung biaya pengobatan yang jauh lebih besar.


Selain manfaat kesehatan, imunisasi juga berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Anak yang sehat memiliki peluang lebih baik untuk tumbuh, belajar, dan berprestasi. Dengan demikian, imunisasi adalah bagian dari strategi besar membangun generasi emas Padang Pariaman.


Kegagalan mencapai target imunisasi dapat berdampak luas. Risiko munculnya kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular bisa meningkat, yang tentu merugikan masyarakat dan menurunkan kepercayaan terhadap sistem kesehatan daerah.


Karena itu, sudah saatnya seluruh pihak bersinergi kembali. Dinas Kesehatan harus memperkuat strategi komunikasi publik, memperbanyak edukasi berbasis komunitas, dan memberdayakan kader kesehatan di setiap korong. Aparat nagari pun mesti menjadikan imunisasi sebagai prioritas bersama.


Langkah sederhana seperti pendataan ulang anak belum imunisasi, door to door oleh kader dan bidan, hingga dukungan transportasi dari pemerintah nagari bisa menjadi kunci. Keberhasilan imunisasi sejatinya bergantung pada komitmen kolektif, bukan hanya pada satu profesi atau instansi.


Jika kerja sama lintas sektor dapat dihidupkan kembali, bukan mustahil Padang Pariaman akan segera keluar dari “zona 50 persen”. Sebab, imunisasi bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan wujud nyata dari cinta dan tanggung jawab kita terhadap masa depan anak bangsa. (***/)

Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top