![]() |
| Tokoh Muhammadiyah di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat, Nasrul A. (Foto: Istimewa) |
KABUPATEN SOLOK -- Pemahaman kaderisasi yang utuh dan berakar pada sejarah menjadi penekanan utama dalam kegiatan Baitul Arqam Muhammadiyah yang digelar di MTs Muhammadiyah Sulit Air, Kabupaten Solok, Sabtu (13/12/2025).
Materi tersebut disampaikan Nasrul A dengan menyoroti pentingnya kader Muhammadiyah memahami nilai, sistem, ideologi, serta jejak sejarah persyarikatan, khususnya di Minangkabau.
Nasrul A menegaskan, kaderisasi tidak semata bersifat teknis dan administratif, melainkan proses ideologis yang menanamkan kesadaran sejarah sebagai fondasi gerakan.
Menurutnya, sejarah Muhammadiyah di Minangkabau lahir dari semangat pembaruan melalui dakwah dan pendidikan yang hingga kini tetap relevan untuk diwariskan kepada generasi penerus.
“Sejarah Muhammadiyah di Minangkabau menunjukkan watak gerakan yang progresif dan berorientasi pada pencerahan umat. Kesadaran ini harus terus hidup dalam diri setiap kader,” ujar Nasrul A.
Dalam pemaparannya, Nasrul A juga mengulas awal masuknya Muhammadiyah ke Ranah Minang. Ia menyebut adagium yang kerap terdengar, bahwa Muhammadiyah “lahir di Yogyakarta dan besar di Minangkabau”, merujuk pada peran strategis para ulama Minangkabau dalam mengembangkan persyarikatan tersebut.
Catatan sejarah mencatat Haji Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul sebagai tokoh sentral. Sepulangnya dari kunjungan ke Jawa pada 1925, Haji Rasul mendirikan cabang Muhammadiyah di Maninjau setelah menyaksikan kemajuan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan keagamaan.
Sejak saat itu, Muhammadiyah berkembang pesat di Minangkabau, meski berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari tempat kelahirannya di Yogyakarta.
Kegiatan Baitul Arqam tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh dan pimpinan Muhammadiyah, di antaranya Buya Jhon Mispar, Hendri Novigator, Syamsurizal, Ahmad Purnama, serta tokoh masyarakat dan persyarikatan lainnya. Kehadiran para tokoh ini menambah bobot dan kekhidmatan acara.
Para pimpinan Muhammadiyah yang hadir mengapresiasi pelaksanaan Baitul Arqam di Nagari Sulit Air sebagai bagian penting dari penguatan kaderisasi dan konsolidasi organisasi di tingkat nagari.
Mereka berharap kegiatan serupa dapat digelar secara berkelanjutan untuk melahirkan kader yang berilmu, berakhlak, dan memiliki komitmen kuat terhadap perjuangan persyarikatan.
Melalui Baitul Arqam ini, Muhammadiyah di Nagari Sulit Air diharapkan semakin solid, memiliki kesadaran sejarah yang kokoh, serta mampu memperkuat peran dakwah, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan di Kabupaten Solok dan Sumatera Barat. (Anggun).


Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih