Nasi Padang Keliling Jadi Tren, Dorong Perputaran Ekonomi UMKM

0

 

Nasi Padang keliling. Foto by Google image


Nasi Padang keliling kini menjelma menjadi fenomena baru dalam geliat ekonomi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 


Tidak hanya hadir di kota-kota besar, konsep ini mulai berkembang pesat di kota-kota kecil sebagai bentuk adaptasi pelaku usaha terhadap kebutuhan pasar.


Menggunakan gerobak becak motor listrik, pedagang Nasi Padang keliling mampu menekan biaya operasional secara signifikan. 


Minimnya biaya bahan bakar dan perawatan kendaraan menjadi keunggulan utama dibandingkan usaha kuliner konvensional.


Salah seorang pelaku UMKM Nasi Padang keliling, Rizal (34), mengaku konsep ini membuat usahanya lebih efisien.


“Kalau pakai motor listrik, biaya harian jauh lebih ringan. Tidak perlu sewa tempat, tidak keluar ongkos bensin banyak, jadi keuntungan bisa diputar lagi untuk belanja bahan,” ujarnya.


Dari sisi permodalan, konsep keliling dinilai lebih ramah bagi pelaku UMKM pemula. Dengan modal terbatas, pedagang sudah bisa menjalankan usaha tanpa beban biaya tetap yang tinggi.


Harga jual yang terjangkau, yakni mulai dari Rp13.000 hingga Rp20.000 per bungkus, menjadi strategi utama untuk menjangkau konsumen luas. Menurut Rizal, harga murah justru membuat dagangan lebih cepat habis.


“Untungnya bukan dari harga mahal, tapi dari jumlah penjualan. Sekali keliling bisa habis puluhan bungkus,” katanya.


Meski harga terjangkau, kualitas rasa tetap dijaga. Aneka lauk seperti telur dadar, ayam goreng, ayam gulai, hingga rendang tetap disajikan dengan cita rasa khas Minang.


Pengamat ekonomi UMKM, Dr. Andri Saputra, menilai tren Nasi Padang keliling menunjukkan kemampuan UMKM beradaptasi dengan kondisi ekonomi masyarakat.


“Ini contoh konkret ekonomi rakyat yang responsif terhadap daya beli. Model usaha ini fleksibel, efisien, dan berbasis kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.


Menurut Andri, penggunaan kendaraan listrik juga menjadi nilai tambah dalam jangka panjang. Selain ramah lingkungan, biaya operasional yang rendah memberi peluang UMKM untuk bertahan saat kondisi ekonomi tidak stabil.


Sistem penjualan keliling dinilai mampu mempercepat perputaran modal. Risiko kerugian akibat makanan tidak terjual dapat ditekan karena pedagang bebas berpindah lokasi mengikuti keramaian.


Bagi masyarakat, kehadiran Nasi Padang keliling menjadi solusi pangan ekonomis di tengah tekanan inflasi. Kondisi ini menciptakan hubungan saling menguntungkan antara pelaku UMKM dan konsumen.


Tren ini juga berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Mulai dari juru masak, penyedia bahan baku, hingga pemasok bumbu tradisional ikut merasakan dampaknya.


“Kalau usaha kecil seperti ini terus tumbuh, efek gandanya besar bagi ekonomi lokal,” tambah Andri.


Keberadaan Nasi Padang keliling turut mendorong pemerataan ekonomi, karena usaha tidak hanya terpusat di pusat kota, tetapi menjangkau kawasan permukiman dan pinggiran.


Pelaku UMKM berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah, terutama dalam kemudahan perizinan, akses pembiayaan, serta pembinaan usaha.


Dengan inovasi sederhana dan strategi ekonomi yang tepat, Nasi Padang keliling kini tidak sekadar menjadi tren kuliner, tetapi juga penggerak roda ekonomi rakyat di kota-kota kecil. (redaksi)

Posting Komentar

0Komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top