Melirik Petani Kakao Menggunakan Pupuk Kompos di Padang Pariaman


Ramadhan (50 tahun) kembali bangkit dan bersemangat untuk berkebun. Motivasi dari rekan-rekan serta mentornya Yul Akhri dari NGO Swisscontecs (salah satu organisasi internasional didirikan swasta swiss dan telah ada di Indonesia lebih dari 42 tahun), membuat Ramadhan memulai dari awal usaha perkebunan coklat tersebut. (Fhoto : RD)
Padang Pariaman, BANGUNPIAMAN.COM--Setelah terpuruk dan berhenti selama setahun tidak mengurus kebun kakao, akhirnya Ramadhan (50 tahun) kembali bangkit dan bersemangat untuk berkebun. Motivasi dari rekan-rekan serta mentornya Yul Akhri dari NGO Swisscontecs (salah satu organisasi internasional didirikan swasta swiss dan telah ada di Indonesia lebih dari 42 tahun), membuat Ramadhan memulai dari awal usaha perkebunan coklat tersebut.

Saat ini, Ramadhan mencoba menggandengkan kebun Kakao dengan kandang sapi. Bertujuan memudahkan pemupukan dengan menggunakan pupuk kompos dari kotoran sapi dan sampah dedaunan disekitarnya. Petani yang telah memiliki sertifikat berkompeten Tanaman Kakao dari NGO Swisscontecs ini juga menggunakan teknik rurak atau bandar sanitasi atau lubang sanitasi yang dibuat panjang di sekitar tanaman kakao. Dalam rurak tersebut diletakan daun-daun yang bergururan atau yang sudah dipotong, nantinya menjadi pupuk kompos.

Menurut Ramadhan, sistem tersebut multifungsi. Selain sangat hemat dari pembiayaan, penggunaan pupuk kompos memang lebih dianjuran penggunaannya ketimbang pupuk berzat kimia pabrikan.
Biasanya pupuk urea dibeli mahal dan memiliki beberapa kelemahan. Berbeda dengan pupuk kompos dari daun dan kotoran hewan, lebih alami dan menyuburkan tanah. Pembuatan pun mudah dan tidak rumit, tergantung kegigihan dan kerajinan dari petani itu sendiri. Kondisi alam sekitar pun semakin indah dan terawat. Dengan harapan, tanaman kakao tumbuh lebih lebat dan memuaskan.

Sekarang kebun kakao yang baru dimulai itu, sudah menunjukan hasil dengan buah lebat dan besar. Teknik pemotongan atau pemangkasan pun harus lebih cermat dan cerdas, agar kebutuhan cahaya serta penyerapan asupan gizi dari unsur hara dari dalam tanah, dapat langsung ke buah (kakao), sehingga hasil yang didapat bisa maksimal.

Ramadhan meyakinkan, setiap batang mampu menghasilkan 3 kg perbatang dalam setahun. Dan itu sudah dibuktikan pada tahun 2014 lalu, saat semangat bertanam dan berkebun kakao masih baik. Dan untuk kedepannya, Tenaga Ahli Kakao yang sudah dikenal di Dinas Pertanian Sumatera Barat ini menargetkan hasil 5 kg perbatang pertahunnya. Bila dikali 1 hektar dengan jumlah 500 batang, diperkirakan hasil 1,5 ton setahun, dengan nilai sekitar 45 juta rupiah. (RD)




Tidak ada komentar

Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih

Diberdayakan oleh Blogger.