Substansi Pepatah Buruak Muko Camin Dibalah

Oleh : Sendy Sintia Rahmi, Mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas

 

Masyarakat Minangkabau adalah suatu kelompok etnik atau suku yang mendiami wilayah provinsi Sumatera Barat. Sebagaimana halnya dengan masyarakat Indonesia lainnya di wilayah nusantara ini, masyarakat Minangkabau memiliki sistem nilai budaya yang telah diwarisi secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. 

Masyarakat Minangkabau memiliki filsafat pandangan hidup yang terekspersikan dalam pepatah petitih adat yang menjadi acuan hidup mereka, masyarakat Minangkabau meyakini bahwa nilai-nilai kehidupan yang mereka yakini itu adalah prinsip hidup yang abadi dan langgeng. 

Budaya dan adat istiadat Minangkabau memiliki bentuk dan corak yang beragam pula, salah satunya adalah kebiasaan menggelar pepatah-petitih pada acara-acara tertentu. Pepatah-petitih pada hakikatnya bukan sekadar tradisi atau budaya, lebih dari itu di dalamnya terkandung berbagai jenis nilai-nilai universal, termasuk juga nilai pendidikan. 

Pepatah-petitih adalah peribahasa Minangkabau yang berisi nasehat dan ajaran dari para sesepuh. Setiap kalimat yang terdapat dalam peribahasa Minangkabau mengandung falsafah dasar Minangkabau yang bersumber dari alam. Berikut dapat kita lihat bentuk contoh dari pepatah petitih dijadikan pedoman untuk kehidupan sehari-hari.

Buruak Muko Camin Dibalah merupakan penyakit terlalu sibuk mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain, sehingga kesalahan dan kekurangan diri sendiri terlupakan. Mencari kesalahan orang lain, tak tahunya kesalahan kita berjibun pula, sibuk mencari aib orang lain. 

Rasa-rasanya hidup hanya dipenuhi dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, berlelah-lelah mencari aib orang lain. Wajah kita sendiri yang jelek, cermin yang dibelah. Orang yang berbuat keburukan atau kejahatan namun menyalahkan orang lain atas apa yang ia lakukan bak pepatah petitih minang yaitu “ Buruak Muko Camin Di Balah”.

Buruak muko camin di balah bermakna juga orang yang tidak mau intropeksi diri. Seseorang yang tidak mau menerima akibat buruk dari perbuatannya dan menimpakan kesalahannya pada pihak orang lain. Tersirat bahwa kita dianjurkan mencari penyebab sesuatu itu dengan teliti dan cermat sesuai dengan apa yang terjadi. 

Jangan sampai kita menjadi seperti orang yang memecahkan kacanya lantaran wajahnya buruk ketika dia lihat di cermin. Serta janganlah menjadi orang yang tidak bertanggung jawab dengan perbuatan sendiri apalagi menyalahkan orang lain. 

Sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, menunjukkan jika dia merupakan seseorang yang tidak memiliki kesibukan yang berarti. Waktu yang ia miliki tidaklah penting sampai akhirnya waktunya dihabiskan untuk sibuk mencari kesalahan orang lain. 

Orang baik tidak akan mengumbar aib orang lain, bahkan jika dia tahu akan hal itu maka dia akan menutup-nutupinya. Namun berbeda lagi dengan orang yang dalam hatinya terdapat penyakit hati seperti iri dan dengki, ia akan sibuk mencari kejelekan orang lain dan akan mengumbarnya kepada orang lain pula. 

Perilaku tersebut juga tertera dalam al-qur’an melalui surah Al-Hujurat ayat 12, Allah SWT berfirman : “Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain”. (Q.S. Al-Hujurat 12). Jadi buruak muko camin dibalah (buruk muka cermin dibelah) Mengandung makna akan sesuatu perbuatan yang merugikan diri sendiri, sesuatu pekerjaan yang tidak baik atau tidak layak dilakukan. 

Tersirat sebuah makna bahwa bagi kita agar menasehati seseorang agar dalam pergaulan hidup, bertutur kata harus hati-hati, janganlah menjelek-jelekkan orang lain, keluarga atau membukakan aib orang lain, keluarga sendiri kepada orang lain karena yang akan merasa atau menanggung malu bukan hanya keluarga saja tetapi juga diri sendiri.

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.