Penulis : Salma Azzahra / Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
![]() |
Gambar ilustrasi. Foto by google image |
Konsep mengenai Hiperrealitas dikemukakan oleh Jean Budrillard, yang merupakan filsuf asal Perancis. Baudrillard pertama kali mengenalkan dan mengembangkan gagasan ini pada karyanya “Simulacra and Simulation” pada tahun 1981.
Dalam konsep hiperrealitas, Baudrillard mengatakan bahwa batas yang ada antara realitas dan representasi semakin kabur atau tidak jelas.
Kata Simulacra digunakan untuk penggambaran mengenai representasi yang kehilangan hubungan dengan dunia asli dan menjadi realitas yang mandiri.
Konsep simulakrum adalah inti dari teori hiperrealitas Baudrillard. Simulakrum adalah salinan yang tidak lagi memiliki referensi ke realitas, melainkan menjadi realitas itu sendiri.
Sebagai contoh, gambar di layar televisi tidak hanya mencerminkan kejadian, melainkan menciptakan versi yang terdistorsi dan mandiri dari realitas.
Salah satu contoh hiperrialitas yang dituliskan oleh Baudrillard adalah disneylandisasi, dimana Disneyland disebutkan dapat menggantikan bahkan melebihi realitas kota aslinya.
Pengunjung Disneyland sendiri dibuat seakan-akan Disneyland merupakan suatu yang diangkat dari dunia nyata dan dipoles sehingga terbentuk dunia yang diidealkan oleh seluruh penggemarnya.
Media massa dan teknologi informasi sangat berperan besar dalam menciptakan hiperrealitas ini. Berbagai bentuk media, seperti film dan internet memberikan representasi yang terus-menerus dan melebih-lebihkan aspek tertentu dari realitas yang dapat membentuk ekspektasi dari penonton yang mengonsumsi tontonan dari media tersebut.
Dengan adanya teknologi yang semakin canggih, citra-citra tersebut menjadi semakin nyata, bahkan jika mereka hanya merupakan konsturksi imajinatif.
Contohnya saja pada media sosial Instagram, dimana semua orang berlomba-lomba untuk menciptakan diri mereka yang ingin diketahui orang lain, pada media sosial instagram seseorang akan mempertimbangkan sesuatu untuk ia posting, karena ini akan berdampak pada citra yang ingin ia bangun.
Contohnya hanya menampakan yang bahagia saja pada media sosial, orang-orang yang melihat akan berpandangan bahwa hidup orang tersebut selalu bahagia, ini membuat tidak adanya batasan antara realitas yang sesungguhnya dan simulakrum yang dibentuk oleh si pemilik akun.
Penting untuk dicatat bahwa Baudrillard tidak hanya berbicara tentang realitas fisik, tetapi juga realitas sosial dan budaya.
Misalnya, dalam masyarakat konsumen, produk-produk dan merek-merek menciptakan representasi diri mereka sendiri yang terlepas dari fakta-fakta konkret tentang produk tersebut.
Identitas seseorang dapat tercermin lebih oleh merek yang dikonsumsinya daripada oleh karakteristik pribadi yang sebenarnya. Contohnya seperti merk Loro Piana, yang sangat melekat dengan kepemilikannya oleh para Old Money, atau hanya orang-orang kaya yang dari kalangan Old Money yang mengetahui mengenai merk ini.
Ini terbentuk dari representasi merek itu sendiri, bagaimana mereka ingin dikenal jika menggunakan merek tersebut.
Konsep hiperrealitas juga berkaitan dengan hilangnya makna dan nilai-nilai yang mendasari realitas itu sendiri. Dalam dunia hiperrealitas, segala sesuatu menjadi tanda atau simbol tanpa referensi ke sesuatu yang nyata.
Baudrillard mengemukakan bahwa masyarakat modern semakin sulit untuk membedakan antara realitas dan representasi karena segalanya menjadi mediasi dan simulasi.
Dalam menghadapi hiperrealitas, Baudrillard menawarkan pemikiran kritis terhadap ide-ide modernitas dan progres. Ia menunjukkan bahwa kita mungkin telah melewati titik di mana kita tidak lagi dapat membedakan antara realitas dan imajinasi.
Pemahaman tentang dunia menjadi semakin tergantung pada simbol-simbol dan citra-citra yang kita temui melalui media massa. Media massa memainkan peran sangat penting pada pembentukan hiperrealitas, dengan bantuan media massa hiperrealitas dapat disebarkan dan berkembang.
Karena media massa dapat menjadi penyekat antara dunia nyata dan dunia maya, sedangkan pada hiperrealitas itu sendiri, penyekat itu tidak lagi ada, sehingga tidak terasa perbedaan antara dunia nyata dan dunia maya itu sendiri.
Dalam pemikiran Jean Baudrillard, konsep hiperrealitas mengajak kita untuk mempertanyakan hubungan kompleks antara realitas, representasi, dan konsumsi dalam masyarakat modern.
Dengan media massa dan globalisasi semakin mendominasi kehidupan kita, kita akan dengan sangat sulit untuk menyatakan apa yang benar-benar nyata dan bagaimana kita meresapi keberadaan kita di dunia ini menjadi semakin relevan.
Dengan memahami hiperrealitas, kita dapat lebih kritis terhadap pengaruh media dan konsumsi dalam membentuk pandangan kita terhadap kenyataan.(**/)
Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih