Oleh: Rafi Dirga Maulana, Pegiat Pemberdayaan Nagari, Aktivis Sosial
![]() |
| Bupati Padang Pariaman John Kenedy Azis |
Di tengah arus politik yang sering dibalut pencitraan dan transaksionalisme, sosok John Kenedy Azis hadir bagaikan oase di gurun tandus.
-----------------
Ia bukan sekadar Bupati, melainkan sebuah manifesto tentang bagaimana memimpin dengan nurani, keteguhan, dan dedikasi.
Di pundaknya, terletak amanah besar memimpin Padang Pariaman—wilayah dengan karakter masyarakat yang dinamis, kritis, dan kompleks—yang membutuhkan ketegasan sekaligus kelembutan seorang Bapak.
John Kenedy Azis, atau akrab disapa JKA, adalah mozaik langka dari integritas yang kokoh, disiplin yang terjaga, dan profesionalitas yang konsisten.
Di balik ketegasan yang membuatnya disegani, ia tetap seorang suami dan ayah penyayang, juga pemimpin yang empatinya mengalir deras bagi denyut kehidupan masyarakat. Itulah paradoks kepemimpinan sejati: tegas dalam prinsip, tetapi lembut dalam rasa.
Dengan visi yang jernih dan semangat pantang menyerah, JKA menorehkan berbagai capaian nyata. Di tengah iklim anggaran negara yang mengetat, ia justru berhasil menghadirkan aliran APBN signifikan untuk pembangunan Padang Pariaman.
Capaian ini menjadi bukti atas kemampuan diplomasi, kredibilitas, serta jejaring yang dibangun atas dasar kepercayaan, bukan transaksi.
Namun, perubahan besar hampir selalu disertai riak. Di tengah berbagai karya, fitnah dan upaya pelemahan kerap muncul. Sumbernya bermacam-macam: mulai dari residu sentimen Pilkada 2024 yang belum tuntas, hingga eks-kolega yang membutuhkan validasi dan ruang kuasa demi kepentingan pribadi.
Mereka keliru membaca. JKA bukan tipe pemimpin yang mudah ditekan atau dibelokkan oleh kepentingan. Baginya, kekuasaan bukan alat memperkaya diri atau kelompok, melainkan medan pengabdian—bentuk cintanya pada kampung halaman yang membesarkannya.
Filosofi kepemimpinannya konsisten sejak di DPR RI hingga kini memimpin daerah. JKA membangun benteng anti-Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) sebagai fondasi pemerintahannya.
Dalam berbagai kesempatan resmi ia menegaskan, “Tidak ada satupun pungutan liar di Padang Pariaman ini!” Bagi JKA, ini bukan slogan, tetapi komitmen moral dan politik yang menjadi garis batas tak bisa ditawar.
John Kenedy Azis hadir sebagai pembaharu yang diharapkan masyarakat. Ia tidak datang untuk menyenangkan semua pihak, tetapi untuk membawa perubahan dengan harga diri dan prinsip yang kuat.
Dalam setiap langkahnya, ia mengajarkan bahwa memimpin adalah keberanian untuk tetap benar, bahkan ketika harus berjalan sendirian. Padang Pariaman tidak hanya membutuhkan pembangunan fisik, tetapi juga penyegaran nilai dan etika.
Dalam ruang itulah JKA menjelma sebagai jawaban atas kerinduan masyarakat terhadap pemimpin yang berhati rakyat, berjiwa bersih, dan berintegritas baja. (**/)


Mohon Berkomentar Dengan Bahasa Yang Sopan. Terima Kasih